Rabu, 08 Februari 2012

IMAMAT YANG MISIONER

IMAMAT YANG MISIONER
Oleh: Vitalis Letsoin

Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah telah berencana untuk menyelamatkannya. Misi keselamatan Allah yang secara paripurna diemban oleh Yesus dan berpuncak pada sengsara dan, wafat dan kebangkitan-Nya kini terealisir dalam Gereja. Dalam Gereja seluruh umat Allah mengambil bagian dalam perutusan karya keselamatan Allah. Namun secara khas dan khusus hal itu terlaksana dalam figur imam, melalui sakramen imamat.
            Dalam paper yang sederhana ini, kami akan membahas tentang imamat yang misioner. Pada bagian pertama, kami akan mencoba memaparkan tentang rencana kselamatan Allah bagi bagi umat manusia yang menjadi latarbelakang misi Gereja. Kedua, Gereja sebagai Misionaris dari Kristus dan ketiga, Imam sebagai Misionaris dari Kristus dan Gereja.

I. Rencana Keselamatan Bapa bagi dunia: Sebuah latarbelakang Misi Gereja
Rencana Allah untuk keselamatan manusia bersumber pada cinta dan kasih asali. Karena itu, Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan yang benar tentang kebenaran.[1] Dialah asal tanpa asal; daripada-Nya Putera lahir dan Roh Kudus berasal. Rencana Allah itu bertujuan untuk membangun perdamaian atau persekutuan dengan diri-Nya dan untuk menghimpun masyarakat persaudaraan antar manusia pendosa, Allah telah memutuskan untuk secara baru dan defenitif memasuki sejarah manusia dengan mengutus Putera-Nya dalam daging kita. Allah berusaha merebut manusia dari kuasa kegelapan dan setan (Kol 1:13; Kis 10:38), melalui Dia, dan dalam Dia mendamaikan dunia dengan Diri-Nya (2 Kor 5:19), maka Allah menetapkan Putera-Nya, yakni perantara-Nya dalam menciptakan alam semesta, menjadi ahli waris segala sesuatu, untuk membaharui semuanya dalam Dia (Ef 1:10).
 Sebab Yesus Kristus di utus ke dunia sebagai perantara sejati antara Allah dan manusia. Karena Ia Allah, maka dalam Dia, berdiamlah seluruh kepenuhan keallahan secara jasmani (Kol 2:9). Tetapi menurut kodrat manusiawi-Nya, Ia Adam baru , dan ditetapkan menjadi kepala umat manusia yang diperbaharui, penuh rahmat dan kebenaran (Yoh 1:14). Maka Putera Allah menempuh  jalan Penjelmaan yang sejati, supaya manusia ikut serta memiliki hakikat ilahi. Demi kita Ia telah menjadi miskin sedangkan Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya kita menjadi kaya ( 2 Kor 8:9). Putera manusia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani dan menyerahkan nyawa-Nya  menjadi tebusan untuk banyak orang, yakni bagi semuar orang (Mrk 10:45).
Dalam kesadaran misionernya, Yesus menegaskan bahwa “ Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin; Ia mengutus Aku untuk menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya, untuk mewartakan pembebasan bagi para tahanan dan pengelihatan bagi orang-orang buta” (Luk 4:18). Lagipula: Putera Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan apa yang telah hilang (Luk 19:10).
Adapun apa yang telah diwartakan Tuhan, atau terlaksana dalam Dia demi keselamatan bangsa manusia, itu harus diwartakan dan disebarluaskan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8), mulai dari Yerusalem (Luk 24:47) sedemikian rupa, sehingga apa yang sekali telah dilaksanakan demi keselamatan demi semua orang, disepanjang waktu memperbuahkan hasil pada mereka semua.[2]

II. Gereja : Misionaris dari Kristus
Perintah Kristus yang terahkir sebelum naik ke surga berbunyi: Pergilah ke seluruh dunia; wartakanlah injil kepada segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan selamat, dan siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mrk 16:15-16)
            Gereja pada hakikatnya bersifat misioner. Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus dan karena itu, sebagaimana misi Kristus, sebagai misionaris dari Bapa, demikianlah Gereja harus mengenakan hakikat Kristus sendiri. Yesus “turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita” (Credo Nicea-Konstantinopel, 150)[3]
Tujuan antara dan tujuan ahkir. Tujuan antara adalah perwujudan optimal Kerajaan Allah di dunia. Perwujudan ini adalah seluruh darma bakti Gereja yang didahului oleh persebarannya lewat pewartaan Injil, lantas pengakaran komunitas Kristiani dan ahkirnya pengamalan serta peningkatan mutu hasil tridarma Gereja. Karena itu semangat misioner yang berasal dari Kristus, lewat pengutusan para rasul dan ahkirnya sampai kepada seluruh Gereja, tetap bersifat hakiki dan mendasar. Tujuan ahkir ialah kesiapsediaan umat beriman untuk menyambut kedatangan kembali Yesus Kristus, hari kiamat. Enam mata ujian tahap ahkir dicatat dalam menghadapi eskatologi itu yakni; memberi makan orang lapar; memberi minum orang haus; memberi tumpangan orang terlantar; memberi pakaian kepada yang telanjang; memberi perawatan bagi orang sakit dan menderita; dan memberi pembebasan bagi orang yang terbelenggu. [4]

III. Imam sebagai Misionaris Kristus dan Gereja
            Meskipun setiap murid Kristus: anggota Gereja mengemban beban untuk menyiarkan iman sekedar kemampuannya[5], Kristus Tuhan dari antara murid-murid-Nya yang selalu memanggil mereka yang dikehendaki-Nya, untuk tinggal bersama dengan-Nya, dan untuk diutus mewartakan Injil kepada para bangsa (bdk Mrk 3:13). Maka melalui Roh Kudus, yang membagikan karunia-karunia seperti yang dikehendak i-Nya demi manfaatnya bagi jemaat (I Kor 12:11), Tuhan menumbuhkan panggilan misioner di hati masing-masing, sekaligus juga membangkitkan Lembaga-lembaga[6] dalam Gereja, yang menerima tugas mewartakan Injil, yang menjadi tanggungjawab seluruh Gereja, sebagai tugas mereka sendiri.[7]
            Misinaris dalam arti ini kami khususnya dalam diri para imam yang diangkat dan khususkan dengan menerima sakramen imamat. Dengan sakramen imamat, imam secara khas dan khusus mengambil bagian dalam tritugas Yesus sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai imam, ia bertugas mempersembahkan kurban kepada Allah (Im 1-7) dan memberkati umat atas nama Allah (Bil 6:22). Sebagai nabi, imam menjadi pendengar sabda Allah dan harus dengan setia mengajarkannya kepada umat. Ia harus menafsir tanda-tanda zaman berdasarkan firman Allah itu dan harus menyampaikan sikap kritis-profetis kepada umatnya. Dan sebagai raja, imam bertindak sebagai gembala dan pemimpin umat (2 Sam 5:2). Imam membela hak Allah tetapi juga secara khusus melindungi hak-hak orang miskin, mewakili umat di hadapan Allah serta mewakili Allah di hadapan umat.[8]
            Perintah Tuhan: “ Pergilah ke segala bangsa” secara defenitif mengungkapkan posisi imam di hadapan Gereja. Di utus –missus- oleh Bapa melalui Kristus, imam secara langsung menjadi milik Gereja semesta, yang mempunyai misi mewartakan kabar baik hingga ke segala penjuru dunia.
            “Karunia rohani, yang oleh para imam telah diterima pada pentabisan mereka... menyiapkan mereka untuk misi keselamatan yang luas dan universal sampai ke ujung bumi. Melalui tabisan dan pelayanan yang mereka terima semua imam digabungkan dengan badan para Uskup dan dalam persekutuan hirarkis dengannya, menurut panggilan serta rahmat mereka berbakti kepada segenap kepentingan Gereja. Oleh karena itu keanggotaan dalam Gereja melalui inkardinasi hendaklah jarang mengungkungkan imam dalam mentalitas dan partikularistis, melainkan hendaklah membuka hatinya untuk melayani Gereja-gereja lain; sebab tiap Gereja



[1] Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja, hlm.409.
[2] Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI Obor, 1993), hlm.400-4002.
[3] Anicentius B. Sinaga, Imam Triniter: Pedoman Hidup Imam ( Jakarta: Obor, 1996), hlm.128.

[4] Anicentius B. Sinaga, Imam Triniter: Pedoman Hidup Imam ( Jakarta: Obor, 1996), hlm.113.
[5] Lih. Konsili Vatikan II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 17.
[6] Yang dimaksudkan dengan “Lembaga-lembaga
[7] Lih. Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja, art. 23.
[8] Martasudjita, Sakramen-sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 371-372.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar