IMAMAT YANG MISIONER
Oleh: Vitalis Letsoin
Sejak
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah telah berencana untuk
menyelamatkannya. Misi keselamatan Allah yang secara paripurna diemban oleh
Yesus dan berpuncak pada sengsara dan, wafat dan kebangkitan-Nya kini
terealisir dalam Gereja. Dalam Gereja seluruh umat Allah mengambil bagian dalam
perutusan karya keselamatan Allah. Namun secara khas dan khusus hal itu
terlaksana dalam figur imam, melalui sakramen imamat.
Dalam paper yang sederhana ini, kami
akan membahas tentang imamat yang misioner. Pada bagian pertama, kami akan
mencoba memaparkan tentang rencana kselamatan Allah bagi bagi umat manusia yang
menjadi latarbelakang misi Gereja. Kedua, Gereja sebagai Misionaris dari
Kristus dan ketiga, Imam sebagai Misionaris dari Kristus dan Gereja.
I. Rencana Keselamatan Bapa bagi dunia:
Sebuah latarbelakang Misi Gereja
Rencana Allah untuk keselamatan manusia bersumber
pada cinta dan kasih asali. Karena itu, Ia menghendaki agar semua orang
diselamatkan dan memperoleh pengetahuan yang benar tentang kebenaran.[1]
Dialah asal tanpa asal; daripada-Nya Putera lahir dan Roh Kudus berasal.
Rencana Allah itu bertujuan untuk membangun perdamaian atau persekutuan dengan
diri-Nya dan untuk menghimpun masyarakat persaudaraan antar manusia pendosa,
Allah telah memutuskan untuk secara baru dan defenitif memasuki sejarah manusia
dengan mengutus Putera-Nya dalam daging kita. Allah berusaha merebut manusia
dari kuasa kegelapan dan setan (Kol 1:13; Kis 10:38), melalui Dia, dan dalam
Dia mendamaikan dunia dengan Diri-Nya (2 Kor 5:19), maka Allah menetapkan
Putera-Nya, yakni perantara-Nya dalam menciptakan alam semesta, menjadi ahli
waris segala sesuatu, untuk membaharui semuanya dalam Dia (Ef 1:10).
Sebab Yesus
Kristus di utus ke dunia sebagai perantara sejati antara Allah dan manusia.
Karena Ia Allah, maka dalam Dia, berdiamlah seluruh kepenuhan keallahan secara
jasmani (Kol 2:9). Tetapi menurut kodrat manusiawi-Nya, Ia Adam baru , dan
ditetapkan menjadi kepala umat manusia yang diperbaharui, penuh rahmat dan
kebenaran (Yoh 1:14). Maka Putera Allah menempuh jalan Penjelmaan yang sejati, supaya manusia
ikut serta memiliki hakikat ilahi. Demi kita Ia telah menjadi miskin sedangkan
Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya kita menjadi kaya ( 2 Kor 8:9). Putera
manusia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani dan menyerahkan
nyawa-Nya menjadi tebusan untuk banyak
orang, yakni bagi semuar orang (Mrk 10:45).
Dalam kesadaran misionernya, Yesus menegaskan bahwa
“ Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk
memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin; Ia mengutus Aku untuk
menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya, untuk mewartakan pembebasan bagi
para tahanan dan pengelihatan bagi orang-orang buta” (Luk 4:18). Lagipula:
Putera Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan apa yang telah hilang
(Luk 19:10).
Adapun apa yang telah diwartakan Tuhan, atau
terlaksana dalam Dia demi keselamatan bangsa manusia, itu harus diwartakan dan
disebarluaskan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8), mulai dari Yerusalem (Luk 24:47)
sedemikian rupa, sehingga apa yang sekali telah dilaksanakan demi keselamatan demi
semua orang, disepanjang waktu memperbuahkan hasil pada mereka semua.[2]
II. Gereja : Misionaris dari Kristus
Perintah Kristus yang terahkir sebelum
naik ke surga berbunyi: Pergilah ke seluruh dunia; wartakanlah injil kepada
segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan selamat, dan siapa yang
tidak percaya akan dihukum (Mrk 16:15-16)
Gereja
pada hakikatnya bersifat misioner. Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus dan
karena itu, sebagaimana misi Kristus, sebagai misionaris dari Bapa, demikianlah
Gereja harus mengenakan hakikat Kristus sendiri. Yesus “turun dari surga untuk
kita manusia dan untuk keselamatan kita” (Credo Nicea-Konstantinopel, 150)[3]
Tujuan antara dan
tujuan ahkir. Tujuan antara adalah perwujudan optimal Kerajaan Allah di dunia.
Perwujudan ini adalah seluruh darma bakti Gereja yang didahului oleh
persebarannya lewat pewartaan Injil, lantas pengakaran komunitas Kristiani dan
ahkirnya pengamalan serta peningkatan mutu hasil tridarma Gereja. Karena itu
semangat misioner yang berasal dari Kristus, lewat pengutusan para rasul dan
ahkirnya sampai kepada seluruh Gereja, tetap bersifat hakiki dan mendasar.
Tujuan ahkir ialah kesiapsediaan umat beriman untuk menyambut kedatangan
kembali Yesus Kristus, hari kiamat. Enam mata ujian tahap ahkir dicatat dalam
menghadapi eskatologi itu yakni; memberi makan orang lapar; memberi minum orang
haus; memberi tumpangan orang terlantar; memberi pakaian kepada yang telanjang;
memberi perawatan bagi orang sakit dan menderita; dan memberi pembebasan bagi
orang yang terbelenggu. [4]
III. Imam sebagai Misionaris Kristus dan
Gereja
Meskipun
setiap murid Kristus: anggota Gereja mengemban beban untuk menyiarkan iman
sekedar kemampuannya[5],
Kristus Tuhan dari antara murid-murid-Nya yang selalu memanggil mereka yang
dikehendaki-Nya, untuk tinggal bersama dengan-Nya, dan untuk diutus mewartakan
Injil kepada para bangsa (bdk Mrk 3:13). Maka melalui Roh Kudus, yang
membagikan karunia-karunia seperti yang dikehendak i-Nya demi manfaatnya bagi
jemaat (I Kor 12:11), Tuhan menumbuhkan panggilan misioner di hati
masing-masing, sekaligus juga membangkitkan Lembaga-lembaga[6]
dalam Gereja, yang menerima tugas mewartakan Injil, yang menjadi tanggungjawab
seluruh Gereja, sebagai tugas mereka sendiri.[7]
Misinaris
dalam arti ini kami khususnya dalam diri para imam yang diangkat dan khususkan
dengan menerima sakramen imamat. Dengan sakramen imamat, imam secara khas dan
khusus mengambil bagian dalam tritugas Yesus sebagai imam, nabi dan raja.
Sebagai imam, ia bertugas mempersembahkan kurban kepada Allah (Im 1-7) dan
memberkati umat atas nama Allah (Bil 6:22). Sebagai nabi, imam menjadi
pendengar sabda Allah dan harus dengan setia mengajarkannya kepada umat. Ia
harus menafsir tanda-tanda zaman berdasarkan firman Allah itu dan harus
menyampaikan sikap kritis-profetis kepada umatnya. Dan sebagai raja, imam
bertindak sebagai gembala dan pemimpin umat (2 Sam 5:2). Imam membela hak Allah
tetapi juga secara khusus melindungi hak-hak orang miskin, mewakili umat di
hadapan Allah serta mewakili Allah di hadapan umat.[8]
Perintah
Tuhan: “ Pergilah ke segala bangsa” secara defenitif mengungkapkan posisi imam
di hadapan Gereja. Di utus –missus-
oleh Bapa melalui Kristus, imam secara langsung menjadi milik Gereja semesta,
yang mempunyai misi mewartakan kabar baik hingga ke segala penjuru dunia.
“Karunia
rohani, yang oleh para imam telah diterima pada pentabisan mereka... menyiapkan
mereka untuk misi keselamatan yang luas dan universal sampai ke ujung bumi.
Melalui tabisan dan pelayanan yang mereka terima semua imam digabungkan dengan
badan para Uskup dan dalam persekutuan hirarkis dengannya, menurut panggilan
serta rahmat mereka berbakti kepada segenap kepentingan Gereja. Oleh karena itu
keanggotaan dalam Gereja melalui inkardinasi hendaklah jarang mengungkungkan
imam dalam mentalitas dan partikularistis, melainkan hendaklah membuka hatinya
untuk melayani Gereja-gereja lain; sebab tiap Gereja
[1]
Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang
Kegiatan Misioner Gereja, hlm.409.
[2]
Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang
Kegiatan Misioner Gereja (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI Obor,
1993), hlm.400-4002.
[3]
Anicentius B. Sinaga, Imam Triniter:
Pedoman Hidup Imam ( Jakarta: Obor, 1996), hlm.128.
[4]
Anicentius B. Sinaga, Imam Triniter:
Pedoman Hidup Imam ( Jakarta: Obor, 1996), hlm.113.
[5] Lih.
Konsili Vatikan II, Konstitusi dogmatis
tentang Gereja, art. 17.
[6] Yang
dimaksudkan dengan “Lembaga-lembaga
[7] Lih.
Konsili Vatikan II, Dekrit tentang
Kegiatan Misioner Gereja, art. 23.
[8]
Martasudjita, Sakramen-sakramen Gereja
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 371-372.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar