Sakramen Krisma
(Oleh: Vitalis Letsoin)
Pendahuluan
Tulisan ini
dimaksudkan untuk memahami apa itu Sakramen Krisma dan bagaimana praktik
Sakramen Krisma di dalam Gereja Katolik. Karena itu tulisan ini mengupas
tentang apa itu Sakramen Krisma, Asal-usul Sakramen Krisma, Dasar Biblis
Sakramen Krisma, pandangan Gereja dalam Dokumen-dokumen Gereja tentang Sakramen
Krisma, mengapa Sakramen Krisma itu perlu, Forma dan Materi Sakramen Krisma,
serta Upacara Sakramen Krisma. Di bagian akhir dari tulisan ini diberikan nota
pastoral dan kesimpulan.
Apa itu Sakramen Krisma?
Sakramen Krisma atau
juga disebut Sakramen Penguatan adalah sakramen yang melengkapi apa yang sudah
dimulai dalam pemBaptisan. Hidup Ilahi yang diterima pada waktu pemBaptisan perlu
ditumbuhkan, menjadi kuat, dan dewasa. Seorang anak menjadi pemuda atau pemudi
yang sanggup mengambil keputusan dalam pergaulan umum dan umat. Pada saat itu,
ia menerima Sakramen Krisma supaya kehidupan rohaninya secara khusus diperkuat
oleh Roh Kudus agar ia menjadi mampu memberi kesaksian dengan perkataan dan
perbuatan dan seluruh kehidupannya. Maka Sakramen Krisma adalah sakramen
pendewasaan dalam Gereja: orang beriman disangupkan untuk hidup sesuai dengan
kehendak Allah baik dalam hidup pribadi, dalam menjalankan pekerjaannya, maupun dalam
mengamalkan peranannya dalam masayarakat dan umat beriman. Sakramen Krisma
diterimakan satu kali karena menandai jiwa secara tak terhapuskan (meterai
rohani), yaitu sebagai orang dewasa dalam Kristus dan sebagai anggota Gereja
dengan segala kewajiban dan haknya.[1]
Asal-Usul Sakramen Krisma
Penguatan yang pertama
menggunakan tiga bahasa isyarat yang berbeda: angin, lidah api dan berkata-kata
dalam bahasa asing. Peristiwa tersebut terjadi dalam suatu perayaan Yahudi
kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Perayaan itu disebut Shavuot, artinya “Minggu-minggu”. Shavuot dirayakan sekitar tujuh minggu sesudah Hari Raya Paskah
Yahudi. Shavuot disebut juga
Pentakosta, yang artinya “lima puluh hari”, yaitu semacam perayaan untuk
mengucap syukur dan untuk mengenang Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah
kepada bangsa Israel.[2]
Biasanya, para rasul Yesus
pergi ke Bait Allah untuk menyampaikan persembahan mereka. Tetapi, saat itu
mereka takut kalau-kalau mereka ditangkap seperti Yesus. Karenanya, mereka
bersembunyi di ruangan di mana Yesus merayakan Perjamuan Terakhir-Nya. Tulisan Kisah Para Rasul mencatat:
Ketika tiba hari
Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah
dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah,
di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api
yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,
seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis. 2:1-4). Peristiwa tersebut
dikenangkan melalui bahasa isyarat yang berbeda-beda sepanjang sejarah Gereja.
Pada akhirnya, Gereja menetapkan bahasa isyarat yang sekarang dipergunakan
dalam Sakramen Penguatan.
Di masa mendatang, Gereja
mungkin saja mengubah bahasa-bahasa isyarat itu, tetapi pesan yang hendak
disampaikan serta pengaruh yang ditimbulkannya akan tetap sama, yaitu kehadiran
Roh Allah. Makna dan kuasa bahasa isyarat tersebutlah yang terpenting, yaitu
kehadiran Roh Kudus Allah dalam diri kita.[3]
Dasar Biblis Sakramen Krisma
Sakramen Krisma adalah salah satu dari
tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen
Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17, "Sebab Roh Kudus belum
turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu
mereka menerima Roh Kudus." dan dari Kis 19:5-6, "Ketika mereka
mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan
bernubuat". Dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan
penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.[4]
Di dalam Sakramen Krisma,
kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh
dan aktif berkarya dalam Gereja. Bandingkan dengan para rasul yang menerima Roh
Kudus saat Pentakosta, sebelum peristiwa Pentakosta mereka sudah menerima
Roh Kudus (lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pentakosta.
Demikian juga halnya dengan kita karena sebenarnya Roh Kudus pun sudah
kita terima saat Sakramen PemBaptisan, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-anak
Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih Jelasnya lihat penjelasan
tentang Sakramen PemBaptisan
oleh kelompok lain).
Itulah disebutkan bahwa Sakramen PemBaptisan adalah Sakramen Paskah dan Sakramen
Krisma adalah Sakramen Pentakosta.
Dalam Sakramen Krisma juga
ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita, yang sudah menerima Krisma,
dikuduskan, dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan
kita sebagai umat beriman (bdk. 1 Sam. 10:1; 1 Sam. 16:13; 1 Raj. 1:39).
Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan
meterai, tanda bahwa kita ini milik Allah.[5]
Sakramen Krisma
menurut Dokumen Gereja
Kalau Sakramen PemBaptisan yang disebut pintu (LG. 11) untuk masuk
menjadi anggota umat Allah (PO. 5) mengarah ke dalam, maka sebaliknya Sakramen Krisma
mewajibkan orang menyebarluasan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang
sejati (LG. 11) mengarah keluar. Tentu saja dengan baptis dan Krisma, orang
ditugaskan untuk kerasulan (LG. 33; Lih. AG. 36). Dengan demikian, kelihatan
bahwa inisiasi merupakan proses: masuk kemudian diutus. Tentu saja seseorang
tidak masuk Gereja atau mapan di situ melainkan supaya diutus.[6]
Mengapa Sakramen Krisma
itu Perlu?
Sakramen Krisma merupakan langkah
kedua menjadi seorang Katolik. Krisma merupakan sakramen. Artinya,
“bahasa isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali berbicara lebih kuat
dari bahasa-bahasa lain, karena bahasa isyarat sifatnya universal. Dalam
sakramen, Tuhan mempergunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak dan
juga tindakan-tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa
kita. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan mempunyai
kuasa untuk mengubah orang yang menerimanya.
Sakramen Krisma merupakan yang
pertama dari serangkaian sakramen yang disebut sebagai sakramen “pengurapan”.
Sakramen-sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama, yaitu
pengurapan dengan minyak. Yang termasuk dalam sakramen “pengurapan” adalah: Sakramen
Penguatan atau Krisma, Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan Sakramen Imamat.
Ketiga sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama untuk
mengatakan sesuatu yang berbeda.
Dalam Sakramen Pembaptisan, kita disambut
dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam Sakramen Krisma, kita disambut dalam
persekutuan dengan suatu komunitas, yaitu Gereja Katolik. Di kebanyakan Gereja
Katolik, seorang Uskuplah yang memberikan isyarat penyambutan itu. Perkecualian
terjadi apabila calon penerima sakramen adalah orang dewasa yang baru masuk
Katolik. Maka, Imam pembimbing yang menerimakan Sakramen Krisma. Bapa Uskup atau Imam
menyatakan sambutannya dengan isyarat tangan yang artinya “kami menghormatimu,
kami menyambutmu dalam keluarga Katolik.”
Bahasa isyarat “pengurapan
minyak” dapat diumpamakan dengan memijat dengan balsem. Pijatan itu
membersihkan, menenangkan serta menyembuhkan. Dalam Sakramen Krisma, Tuhan menyentuh kita dan menawarkan
kesembuhan bagi kita dari segala macam beban yang kita pikul selama
tumbuh dewasa. Tuhan berkata kepada kita, "Aku tidak akan tinggal
jauh darimu, Aku sungguh memperhatikan kamu karena kamu adalah pribadi yang
berharga bagi-Ku." Selain itu juga Minyak Krisma Sakramen Krisma mengundang Roh
Kudus agar melindungi kita. Roh Kudus memberi kita kekuatan serta membimbing
kita dalam menyempurnakan persatuan kita dengan Yesus melalui tubuh-Nya di
dunia, yaitu Gereja. Roh Kudus membimbing kita bagaimana menjadi serupa dengan
Kristus.[7]
Forma dan Materi Sakramen Krisma
Pada dasarnya, Sakramen
Krisma diterimakan oleh seorang Uskup tetapi juga oleh Imam. Seorang Uskup atau
Imam menumpangkan tangan di atas penerima seraya mengurapi dahi dengan minyak Krisma
sambil berkata: “Saudara…… terimalah tanda karunia Roh Kudus. Penumpangan
tangan yang dilakukan oleh Uskup atau Imam ini menjadi tanda lahiriah penerimaan
Roh Kudus (Bdk. Kis 8:14-17; 10,44-48; 19, 1-7).[8]
Minyak Krisma itu
sendiri merupakan campuran minyak zaitun (atau kalau tidak mungkin bisa juga
dari minyak tumbuhan lain) dengan balsam (bahan wang-wangian lain ).[9]
Minyak Krisma
terbuat dari minyak zaitun. Karena minyak zaitun memiliki aroma yang kurang
sedap, maka ditambahkan balsem wangi. Minyak Krisma diberkati oleh Uskup
Diosesan (Kan. 880) biasanya dalam misa Krisma pada pagi hari Kamis Putih dalam
Pekan Suci di Gereja Katedral bersama-sama dengan minyak suci yang lainnya
(mis. minyak pengurapan orang sakit). Kemudian minyak Krisma dibagi-bagikan ke seluruh
wilayah KeUskupan sebagai lambang
persatuan dalam Gereja.[10] Minyak Krisma tidak
boleh terlalu tua, digunakan dalam
menerimakan Sakramen Krisma. Minyak Krisma juga digunakan untuk mengelus telapak tangan dan kepala
calon Imam dalam Sakramen Tahbisan. Selain itu juga bisa digunakan dalam
pemberkatan gedung gereja, altar, piala, lonceng.[11]
Perlengkapan yang Mesti Disiapkan
·
Pakaian liturgi: Kalau Krisma diberikan dalam misa: pakaian
misa baik untuk Uskup maupun untuk para konselebran. Kalau misa dipimpin oleh
imam lain, hendaknya petugas Krisma dan
imam lainnya yang membantu mengikuti misa dengan pakaian upacara: Alba, stola
dan petugas Krisma pluvial. Kalau diberikan di luar misa: Stola, alba, petugas Krisma
Pluviale
·
Kursi untuk Uskup dan untuk para imam yang membantu
·
Wadah berisi minyak Krisma
·
Buku upacara Krisma
·
Perlengkapan untuk misa (Jika Krisma diberikan waktu
misa)
·
Perlengkapan untuk mencuci tangan sesudah pengurapan.
UPACARA PENERIMAAN KRISMA[12]
Upacara penerimaan sakramen
Krisma terdiri dari 3 model: upacara Krisma dalam misa, upacara Krisma di luar
misa, dan upacara Krisma dalam bahaya maut.
A.
Upacara Krisma dalam Misa
Liturgi Sabda dilangsungkan seperti Upacara Misa. Sesudah
bacaan Injil Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil
oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut
kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu
maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para
wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma.
Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu,
tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur di depan Uskup
Homili
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan isi bacaan kepada calon Krisma,
para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih
jelas dari sakramen Krisma
Pembaharuan Janji Baptis
Sesudah bacaan dan Homili, para calon penerima Krisma
dianjukan oleh para wali Krisma. Kemudian Uskup mengajak para calon penerima Krisma
untuk membarui janji-janji baptis dan iman (hlm. 20)
Pemimpin bertanya kepada Calon Krisma:
U : Jadi, apakah kamu menolak setan, segala perbuatan dan tipu
muslihat?
CK : Ya kami menolak
U : Percayakah saudara
akan Allah Bapa yang Maha kuasa Pencipta langit dan bumi
CK : Ya kami percaya
U : Percayakah saudara
akan Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal Tuhan kita yang
dilahirkan oleh Perawan Maria yang menderita sengsara,
wafat dan dimakamkan; yang bangkit dari
alam maut dan duduk di sisi kanan Bapa?
CK : Ya kami percaya
U :
Percayakah saudara akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, Tuhan yang menghidupkan,
yang pada hari ini dalam sakramen Krisma dianugerahkan kepada saudara secara
istimewa seperti kepada para rasul pada hari Pentekosta?
CK : Ya kami percaya
U :
Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus,
pengampunan dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?
CK : Ya kami percaya
Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan menyerukan/
menyanyikan:
U :
Inilah iman kita, inilah iman Gereja yang kita akui dengan bangga dalam Kristus
Tuhan kita.
CK/U: Amin
Penumpangan tangan
Dengan tangan terkatup Uskup (bersama imam pembantu)
berdiri menghadap umat dan berkata:
U :
Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah
dilahirkan kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh
Kudus yang menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga
berkat pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dan batin.
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua
belah tangan ke arah calon Krisma, lalu Uskup
mengucapkan doa Krisma (hlm.22)
Pengurapan dengan Krisma
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah
itu para calon diantar satu persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang
mengantar calon meletakan tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama
calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma
lalu membuat tanda salib pada dahi calon
Krisma dengan berkata:
U : ……..(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK : Amin
U : Damai Kristus
besertamu
CK : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma
maka semua tempat minyak Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup
sendiri yang menyerahkannya kepada masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu MB. No. 449,
452, 453, 454, 455.
Sesudah pengurapan, Uskup (para imam pembantu) membasuh
tangan.
Setelah itu menyusul Doa
Umat.
Setelah doa umat Uskup mengucapkan Doa Penutup Upacara Krisma.
Marilah berdoa…..(hlm.25)
Liturgi Ekaristi
Sesudah doa umat menyusul Liturgi Ekaristi menurut aturan
upacara misa. Kecuali hal-hal berikut:
1.
Syahadat tidak diucapkan
karena sudah ada pengakuan iman
2.
Beberapa orang yang baru
saja menerima Krisma dapat ikut serta membawa persembahan ke altar
3.
Apabila dipergunakan Doa
Syukur Agung I, diucapkan “Tuhan sambutlah” khusus
Jika mungkin para wali Krisma, orang tua, suami atau
istri dan para katekis bersama para penerima Krisma dapat menyambut komuni dua
rupa
Sebagai ganti berkat
biasa misa dapat diakhiri dengan rumus berkat khusus sambil mengulurkan kedua
belah tangan ke arah umat atau dengan doa untuk umat dan ditutup dengan berkat
(hlm. 26-27).
B.
Upacara Krisma di Luar Misa
Upacara Pembukaan
Setelah para calon Krisma, para wali Krisma, para orang
tua dan umat berkumpul, Uskup (bersama imam pembantu) disertai para diakon dan
pelayan berarak menuju ke ruang Imam. Sementara itu umat melagukan Mazmur atau
nyanyian yang sesuai. Sesudah memberi hormat kepada altar, Uskup memberi salam
kepada umat yang hadir dan berdoa doa Pembukaan (hlm. 28).
Liturgi Sabda
Dalam liturgi sabda sekurang-kurangnya dibacakan satu
dari bacaan-bacaan yang disediakan. Contoh: Efesus 4:1-6, Efesus 1:3a,4a,
13-19a). Apabila ada lebih dari satu bacaan, hendaknya diikuti urutan biasa
yakni Perjanjian Lama, Surat Para Rasul dan Injil. Antara Bacaan Pertama dan
Kedua dapat dinyanyikan Mazmur atau nyanyian lain.
Sesudah bacaan-bacaan, Uskup (dan para imam pembantu)
duduk. Para calon Krisma dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau
diakon, atau katekis menurut kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon
dipanggil masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar
oleh salah seorang dari para wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka
berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak
perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur
di depan Uskup
Homili atau Amanat
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan
isi bacaan kepada calon Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat
beriman, supaya mereka mengerti lebih jelas dari Sakramen Krisma.
Pembaharuan Janji Baptis
Para calon Krisma berdiri, Uskup bertanya kepada
mereka,dan mereka menjawab bersama-sama (lih. Pembaharuan Janji Baptis seperti
Upacara Krisma di dalam Misa)
Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan
menyerukan/menyanyikan:
U : Inilah iman kita, inilah
iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam kristus Tuhan kita
CK/U : Amin
Dengan tangan terkatup, Uskup (bersama imam pembantu)
berdiri menghadap umat dan berkata
U :
Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah
dilahirkan kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh
Kudus yang menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga
berkat pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dalam batin
Penumpangan Tangan
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua
belah tangan ke arah calon Krisma, lalu Uskup
mengucapkan doa Krisma (hlm.34)
Pengurapan dengan Krisma
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah
itu para calon diantar satu persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang
mengantar calon meletakan tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama
calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma
lalu membuat tanda salib pada dahi calon
Krisma dengan berkata:
U : ………….(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK : Amin
U : Damai Kristus
besertamu
CK : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma
maka semua tempat minyak Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup
sendiri yang menyerahkannya kepada masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu MB. No. 449,
452, 453, 454, 455.
Sesudah pengurapan, Uskup (para imam pembantu) membasuh
tangan.
Doa Umat
Lalu Uskup mengucapkan doa penutup Krisma (hlm. 36-37)
Doa Bapa Kami
Kemudian semua hadirin mengucapkan doa Bapa Kami
Berkat
Kemudian Uskup memberkati semua hadirin. Sebagai ganti
rumus berkat yang biasa, dapat digunakan rumus berkat khusus (hlm. 37-38) atau
doa untuk umat dan ditutup dengan berkat (hlm. 39).
C.
Upacara Krisma dalam Bahaya
Maut
Seseorang yang telah dibaptis sebaiknya menerima juga
sakramen Krisma dan ekaristi supaya inisiasinya lengkap. Jadi, kalau ia berada
dalam bahaya maut, hendaknya ia menerima sakramen Krisma dan kemudian, kalau ia
sudah cukup umur, komuni bekal suci (viaticum) sejauh keadaan mengizinkan,
hendaknya ia diberi sekadar penjelasan sebelumnya.
Bila keadaan mengizinkan hendaknya dipergunakan upacara
lengkap seperti upacara sakramen Krisma di dalam atau di luar misa.
Dalam keadaan darurat petugas Krisma menumpangkan tangan
atas orang sakit dan berkata (hlm. 40-41).
Kemudian petugas Krisma mencelupkan ibu jari kanan dalam
minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi orang sakit sambil berkata:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus
Kalau dapat orang sakit menjawab:
CK: Amin
Bagian-bagian upacara persiapan dan penutup dapat
ditambahkan sejauh keadaan mengizinkan.
Dalam keadaan yang sangat mendesak, cukup orang sakit
diurapi dengan Krisma dengan rumus berikut:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus
NOTA PASTORAL
1. Catatan untuk petugas Krisma
yang bukan Uskup
·
Petugas Krisma yang bukan Uskup diharap mengikuti aturan upacara Krisma
atau di dalam misa atau di luar misa
·
Kalau calon Krisma berjumlah banyak, petugas Krisma dapat dibantu oleh
beberapa imam lain yang hendaknya dipilih dengan ketentuan: menjabat suatu
tugas khusus dalam keUskupan, yakni Vikaris Jendra, Vikaris atau Delegatus Uskup,
Vikaris distrik atau daerah, atau yang sederajat dengan jabatan-jabatan tersebut;
atau menjabat pastor paroki tempat asal calon Krisma diberikan, pastor paroki
tempat asal calon Krisma, atau para imam yang turut membimbing dan menyiapkan
para calon Krisma
·
Apabila sakramen Krisma diberikan dalam misa, sebaiknya imam-imam
tersebut ikut serta dalam konselebrasi
2. Yang dapat menerima
sakramen Krisma adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum pernah
menerimanya (kan. 889,1). Selain itu, dituntut dari seorang calon yang sudah
dewasa bahwa ia dalam keadaan berahmat, bahwa ia menerima persiapan secukupnya
dan sanggup membarui janji baptisnya. Lamanya persiapan maupun caranya
ditentukan oleh Uskup setempat. Di luar bahaya maut, agar seseorang dapat
menerima sakramen Krisma secara sah (licit) bila ia dapat menggunakan akal
dituntut bahwa ia diajar secukupnya, berdisposisi baik, dan dapat membaharui
janji-janji baptis (kan. 889,2)
3. Mengingat kebutuhan
pastoral dewasa ini, sebaiknya wali baptis, jika hadir, bertindak juga sebagai
wali Krisma. Maksudnya supaya hubungan erat antara baptis dan Krisma dinyatakan
lebih jelas dan para wali dapat menunaikan tanggung jawabnya lebih baik.
Meskipun begitu, tidak ada larangan memilih wali Krisma tersendiri. Boleh juga
orang tua sendiri yang bertindak sebagai wali Krisma
4. Syarat-syarat wali Krisma:
a) cukup matang untuk memenuhi tugasnya; b) anggota gereja katolik yang telah
menerima sakramen baptis, Krisma, dan ekaristi; c) tidak kena larangan hukum
gereja untuk jadi wali Krisma.
5. Petugas Krisma yang biasa
ialah Uskup. Selain Uskup, orang-orang berikut ini berhak juga memberikan Krisma,
antara lain: Administrator Apostolik yang bukan Uskup, Imam yang berdasarkan
jabatannya membaptis orang dewas atau anak yang telah mengikuti katekumenat
atau menerima ke dalam Gereja Katolik, orang dewasa yang sudah dibaptis. Dalam
bahaya maut, bila Uskup tidak mudah dipanggil atau berhalangan, orang-orang
berikut: Pastor Paroki, atau bila tidak hadir Pastor Pembantu; Imam yang
memimpin paroki khusus; selanjutnya juga Vikarii Ekonomi, Vicarii Substituti,
dan Vicari Adiutores. Tetapi bila semua yang disebut di atas tidak hadir,
setiap imam yang tidak terkena censura
atau hukuman kanonik.
6. Para katekumen, baik yang
dewasa maupun anak-anak hendaknya menerima sakramen Krisma dan ekaristi
langsung sesudah pembaptisan. Kalau tidak mungkin, mereka menerima sakramen Krisma
pada kesempatan lain dalam perayaan bersama. Demikian juga orang-orang dewasa
yang dibaptis hendaknya menerima sakramen Krisma dan ekaristi dalam perayaan
bersama sesudah mereka disiapkan secukupnya
7. Hendaknya Pastor mencatat
dalam buku khusus nama petugas Krisma, nama para penerima Krisma, serta orang
tua dan wali Krisma. Demikian pula tanggal dan tempat upacara Krisma. Kecuali
itu, pemberian Krisma harus juga dicatat dalam buku baptis sesuai dengan hukum
Gereja.
8. Bila seorang menerima
sakramen Krisma dan Pastornya sendiri tidak hadir, maka petugas Krisma harus
selekas mungkin melaporkan hal ini kepada Pastor tersebut, entah secara pribadi
atau dengan perantaraan orang lain.
Penutup
Demikian telah diuraikan tentang
apa itu Sakramen Krisma dan bagaimana melaksanakan dan merayakan Sakramen Krisma.
Uraian di atas mengantar kita pada beberapa kesimpulan berikut ini: pertama, sakramen Krisma merupakan
sakramen yang menguatkan para baptisan untuk semakin berani tampil menjadi
saksi Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Kedua,
Sakramen Krisma dilaksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri dan
diteruskan oleh Gereja melalui para pemimpin Gereja (Uskup dan Imam) untuk
tetap mempersatukan dan menguatkan hidup beriman umat Katolik. Ketiga, Sakramen Krisma hendaknya
diberikan secara resmi dalam tata perayaan mulia sebagai suatu upacara demi
suatu perutusan mulia, menjadi saksi Kristus di tengah dunia, menjadi garam dan
terang bagi dunia.
Daftar Pustaka
Heuken, A. “Penguatan.” Dalam
Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Caraka, 2005.
KWI. Iman
Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Paus Yohannes Paulus II. Kitab
Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici).
Terj. V. Kartosiswoyo, dkk. Jakarta: Obor, 2003.
PWI-Liturgi. Upacara Krisma. Ende: Arnoldus, 1974.
[1]A. Heuken,
“Penguatan” dalam Ensiklopedi Gereja (Jakarta:Cipta Caraka, 2005), hlm.200.
[2]Lih. http://yesaya.indocell.net/id387.htm. Lih. juga KWI, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi
(Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 427.
[8]Lih. Heuken, “Penguatan”, dalam Eksiklopedi Gereja.
[9]Lih. Paus Yohannes
Paulus II, Kitab Hukum Kanonik (Codex
Iuris Canonici), terj. V. Kartosiswoyo, dkk. (Jakarta: Obor, 2003). Kan 847,1
mengatakan: Dalam menerimakan
sakramen-sakramen yang menggunakan minyak suci, pelayan harus menggunakan
minyak zaitun atau minyak lain yang diperas.
How to make a casino deposit with Bitcoin | drmcd
BalasHapusHow to make a casino 동해 출장샵 deposit with Bitcoin. What 안동 출장마사지 does 화성 출장마사지 the Deposit Method Mean? This question 논산 출장안마 is based on 용인 출장샵 some of the main important considerations you need to make your casino