Rabu, 08 Februari 2012

Sakramen Krisma

Sakramen Krisma
(Oleh: Vitalis Letsoin)

Pendahuluan
Tulisan ini dimaksudkan untuk memahami apa itu Sakramen Krisma dan bagaimana praktik Sakramen Krisma di dalam Gereja Katolik. Karena itu tulisan ini mengupas tentang apa itu Sakramen Krisma, Asal-usul Sakramen Krisma, Dasar Biblis Sakramen Krisma, pandangan Gereja dalam Dokumen-dokumen Gereja tentang Sakramen Krisma, mengapa Sakramen Krisma itu perlu, Forma dan Materi Sakramen Krisma, serta Upacara Sakramen Krisma. Di bagian akhir dari tulisan ini diberikan nota pastoral dan kesimpulan.

Apa itu Sakramen Krisma?
Sakramen Krisma atau juga disebut Sakramen Penguatan adalah sakramen yang melengkapi apa yang sudah dimulai dalam pemBaptisan. Hidup Ilahi yang diterima pada waktu pemBaptisan perlu ditumbuhkan, menjadi kuat, dan dewasa. Seorang anak menjadi pemuda atau pemudi yang sanggup mengambil keputusan dalam pergaulan umum dan umat. Pada saat itu, ia menerima Sakramen Krisma supaya kehidupan rohaninya secara khusus diperkuat oleh Roh Kudus agar ia menjadi mampu memberi kesaksian dengan perkataan dan perbuatan dan seluruh kehidupannya. Maka Sakramen Krisma adalah sakramen pendewasaan dalam Gereja: orang beriman disangupkan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah baik dalam hidup pribadi,  dalam menjalankan pekerjaannya, maupun dalam mengamalkan peranannya dalam masayarakat dan umat beriman. Sakramen Krisma diterimakan satu kali karena menandai jiwa secara tak terhapuskan (meterai rohani), yaitu sebagai orang dewasa dalam Kristus dan sebagai anggota Gereja dengan segala kewajiban dan haknya.[1]

Asal-Usul Sakramen Krisma
Penguatan yang pertama menggunakan tiga bahasa isyarat yang berbeda: angin, lidah api dan berkata-kata dalam bahasa asing. Peristiwa tersebut terjadi dalam suatu perayaan Yahudi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Perayaan itu disebut Shavuot, artinya “Minggu-minggu”. Shavuot dirayakan sekitar tujuh minggu sesudah Hari Raya Paskah Yahudi. Shavuot disebut juga Pentakosta, yang artinya “lima puluh hari”, yaitu semacam perayaan untuk mengucap syukur dan untuk mengenang Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah kepada bangsa Israel.[2]
Biasanya, para rasul Yesus pergi ke Bait Allah untuk menyampaikan persembahan mereka. Tetapi, saat itu mereka takut kalau-kalau mereka ditangkap seperti Yesus. Karenanya, mereka bersembunyi di ruangan di mana Yesus merayakan Perjamuan Terakhir-Nya. Tulisan Kisah Para Rasul mencatat:  Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis. 2:1-4). Peristiwa tersebut dikenangkan melalui bahasa isyarat yang berbeda-beda sepanjang sejarah Gereja. Pada akhirnya, Gereja menetapkan bahasa isyarat yang sekarang dipergunakan dalam Sakramen Penguatan.
Di masa mendatang, Gereja mungkin saja mengubah bahasa-bahasa isyarat itu, tetapi pesan yang hendak disampaikan serta pengaruh yang ditimbulkannya akan tetap sama, yaitu kehadiran Roh Allah. Makna dan kuasa bahasa isyarat tersebutlah yang terpenting, yaitu kehadiran Roh Kudus Allah dalam diri kita.[3]   

Dasar Biblis Sakramen Krisma
            Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17, "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus."  dan dari Kis 19:5-6, "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat". Dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.[4]
Di dalam Sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. Bandingkan dengan para rasul yang menerima Roh Kudus saat Pentakosta, sebelum peristiwa Pentakosta mereka sudah menerima Roh Kudus (lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pentakosta. Demikian juga  halnya dengan kita karena sebenarnya Roh Kudus pun sudah kita terima saat Sakramen PemBaptisan, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih Jelasnya lihat penjelasan tentang Sakramen PemBaptisan oleh kelompok lain). Itulah disebutkan bahwa Sakramen PemBaptisan adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pentakosta.
Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita, yang sudah menerima Krisma, dikuduskan, dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk. 1 Sam. 10:1; 1 Sam. 16:13;  1 Raj. 1:39). Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, tanda bahwa kita ini milik Allah.[5]

Sakramen Krisma menurut Dokumen Gereja
Kalau Sakramen PemBaptisan yang disebut pintu (LG. 11) untuk masuk menjadi anggota umat Allah (PO. 5) mengarah ke dalam, maka sebaliknya Sakramen Krisma mewajibkan orang menyebarluasan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati (LG. 11) mengarah keluar. Tentu saja dengan baptis dan Krisma, orang ditugaskan untuk kerasulan (LG. 33; Lih. AG. 36). Dengan demikian, kelihatan bahwa inisiasi merupakan proses: masuk kemudian diutus. Tentu saja seseorang tidak masuk Gereja atau mapan di situ melainkan supaya diutus.[6]

Mengapa Sakramen Krisma itu Perlu?
Sakramen Krisma merupakan langkah kedua menjadi seorang Katolik. Krisma merupakan sakramen. Artinya, “bahasa isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali berbicara lebih kuat dari bahasa-bahasa lain, karena bahasa isyarat sifatnya universal. Dalam sakramen, Tuhan mempergunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak dan juga tindakan-tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa kita. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah orang yang menerimanya.
Sakramen Krisma merupakan yang pertama dari serangkaian sakramen yang disebut sebagai sakramen “pengurapan”. Sakramen-sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama, yaitu pengurapan dengan minyak. Yang termasuk dalam sakramen “pengurapan” adalah: Sakramen Penguatan atau Krisma, Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan Sakramen Imamat. Ketiga sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama untuk mengatakan sesuatu yang berbeda.
Dalam Sakramen Pembaptisan, kita disambut dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam Sakramen Krisma, kita disambut dalam persekutuan dengan suatu komunitas, yaitu Gereja Katolik. Di kebanyakan Gereja Katolik, seorang Uskuplah yang memberikan isyarat penyambutan itu. Perkecualian terjadi apabila calon penerima sakramen adalah orang dewasa yang baru masuk Katolik. Maka, Imam pembimbing yang menerimakan Sakramen Krisma. Bapa Uskup atau Imam menyatakan sambutannya dengan isyarat tangan yang artinya “kami menghormatimu, kami menyambutmu dalam keluarga Katolik.”
Bahasa isyarat “pengurapan minyak” dapat diumpamakan dengan memijat dengan balsem. Pijatan itu membersihkan, menenangkan serta menyembuhkan. Dalam Sakramen Krisma, Tuhan menyentuh kita dan menawarkan kesembuhan bagi kita dari segala macam beban yang kita pikul selama tumbuh dewasa. Tuhan berkata kepada kita, "Aku tidak akan tinggal jauh darimu, Aku sungguh memperhatikan kamu karena kamu adalah pribadi yang berharga bagi-Ku." Selain itu juga Minyak Krisma Sakramen Krisma mengundang Roh Kudus agar melindungi kita. Roh Kudus memberi kita kekuatan serta membimbing kita dalam menyempurnakan persatuan kita dengan Yesus melalui tubuh-Nya di dunia, yaitu Gereja. Roh Kudus membimbing kita bagaimana menjadi serupa dengan Kristus.[7]  

Forma dan Materi Sakramen Krisma
Pada dasarnya, Sakramen Krisma diterimakan oleh seorang Uskup tetapi juga oleh Imam. Seorang Uskup atau Imam menumpangkan tangan di atas penerima seraya mengurapi dahi dengan minyak Krisma sambil berkata: “Saudara…… terimalah tanda karunia Roh Kudus. Penumpangan tangan yang dilakukan oleh Uskup atau Imam ini menjadi tanda lahiriah penerimaan Roh Kudus (Bdk. Kis 8:14-17; 10,44-48; 19, 1-7).[8]
Minyak Krisma itu sendiri merupakan campuran minyak zaitun (atau kalau tidak mungkin bisa juga dari minyak tumbuhan lain) dengan balsam (bahan wang-wangian lain ).[9] Minyak Krisma terbuat dari minyak zaitun. Karena minyak zaitun memiliki aroma yang kurang sedap, maka ditambahkan balsem wangi. Minyak Krisma diberkati oleh Uskup Diosesan (Kan. 880) biasanya dalam misa Krisma pada pagi hari Kamis Putih dalam Pekan Suci di Gereja Katedral bersama-sama dengan minyak suci yang lainnya (mis. minyak pengurapan orang sakit). Kemudian minyak Krisma dibagi-bagikan ke seluruh wilayah KeUskupan sebagai lambang persatuan dalam Gereja.[10] Minyak Krisma tidak boleh terlalu tua, digunakan  dalam menerimakan Sakramen Krisma. Minyak Krisma juga digunakan  untuk mengelus telapak tangan dan kepala calon Imam dalam Sakramen Tahbisan. Selain itu juga bisa digunakan dalam pemberkatan gedung gereja, altar, piala, lonceng.[11]

Perlengkapan yang Mesti Disiapkan
·         Pakaian liturgi: Kalau Krisma diberikan dalam misa: pakaian misa baik untuk Uskup maupun untuk para konselebran. Kalau misa dipimpin oleh imam lain, hendaknya  petugas Krisma dan imam lainnya yang membantu mengikuti misa dengan pakaian upacara: Alba, stola dan petugas Krisma pluvial. Kalau diberikan di luar misa: Stola, alba, petugas Krisma Pluviale
·         Kursi untuk Uskup dan untuk para imam yang membantu
·         Wadah berisi minyak Krisma
·         Buku upacara Krisma
·         Perlengkapan untuk misa (Jika Krisma diberikan waktu misa)
·         Perlengkapan untuk mencuci tangan sesudah pengurapan.

UPACARA PENERIMAAN KRISMA[12]
Upacara penerimaan sakramen Krisma terdiri dari 3 model: upacara Krisma dalam misa, upacara Krisma di luar misa, dan upacara Krisma dalam bahaya maut.

A.    Upacara Krisma dalam Misa
Liturgi Sabda dilangsungkan seperti Upacara Misa. Sesudah bacaan Injil Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur di depan Uskup

Homili
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia  menerangkan isi bacaan kepada calon Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih jelas dari sakramen Krisma

Pembaharuan Janji Baptis
Sesudah bacaan dan Homili, para calon penerima Krisma dianjukan oleh para wali Krisma. Kemudian Uskup mengajak para calon penerima Krisma untuk membarui janji-janji baptis dan iman (hlm. 20)
Pemimpin bertanya kepada Calon Krisma:
U         : Jadi, apakah kamu menolak setan, segala perbuatan dan tipu muslihat?
CK      : Ya kami menolak
U         :  Percayakah saudara akan Allah Bapa yang Maha kuasa Pencipta langit dan bumi
CK      : Ya kami percaya
U         :  Percayakah saudara akan Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal Tuhan kita yang
dilahirkan oleh Perawan Maria yang menderita sengsara, wafat dan dimakamkan;   yang bangkit dari alam maut dan duduk di sisi kanan Bapa?
CK      : Ya kami percaya
U         : Percayakah saudara akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, Tuhan yang menghidupkan, yang pada hari ini dalam sakramen Krisma dianugerahkan kepada saudara secara istimewa seperti kepada para rasul pada hari Pentekosta?  
CK      : Ya kami percaya
U         : Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?
CK      : Ya kami percaya

Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan menyerukan/ menyanyikan:
U         : Inilah iman kita, inilah iman Gereja yang kita akui dengan bangga dalam Kristus  Tuhan kita.
CK/U: Amin

Penumpangan tangan
Dengan tangan terkatup Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan berkata:
U           : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dan batin.
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon Krisma, lalu Uskup  mengucapkan doa Krisma (hlm.22)

Pengurapan dengan Krisma
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu  membuat tanda salib pada dahi calon Krisma dengan berkata:
U         : ……..(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK      : Amin
U         : Damai Kristus besertamu
CK      : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu MB. No. 449, 452, 453, 454, 455.  
Sesudah pengurapan, Uskup (para imam pembantu) membasuh tangan.
Setelah itu menyusul Doa Umat.
Setelah doa umat Uskup mengucapkan Doa Penutup Upacara Krisma. Marilah berdoa…..(hlm.25)

Liturgi Ekaristi
Sesudah doa umat menyusul Liturgi Ekaristi menurut aturan upacara misa. Kecuali hal-hal berikut:
1.      Syahadat tidak diucapkan karena sudah ada pengakuan iman
2.      Beberapa orang yang baru saja menerima Krisma dapat ikut serta membawa persembahan ke altar
3.      Apabila dipergunakan Doa Syukur Agung I, diucapkan “Tuhan sambutlah” khusus
Jika mungkin para wali Krisma, orang tua, suami atau istri dan para katekis bersama para penerima Krisma dapat menyambut komuni dua rupa
Sebagai ganti berkat biasa misa dapat diakhiri dengan rumus berkat khusus sambil mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat atau dengan doa untuk umat dan ditutup dengan berkat (hlm. 26-27).

B.     Upacara Krisma di Luar Misa
Upacara Pembukaan
Setelah para calon Krisma, para wali Krisma, para orang tua dan umat berkumpul, Uskup (bersama imam pembantu) disertai para diakon dan pelayan berarak menuju ke ruang Imam. Sementara itu umat melagukan Mazmur atau nyanyian yang sesuai. Sesudah memberi hormat kepada altar, Uskup memberi salam kepada umat yang hadir dan berdoa doa Pembukaan (hlm. 28).

Liturgi Sabda
Dalam liturgi sabda sekurang-kurangnya dibacakan satu dari bacaan-bacaan yang disediakan. Contoh: Efesus 4:1-6, Efesus 1:3a,4a, 13-19a). Apabila ada lebih dari satu bacaan, hendaknya diikuti urutan biasa yakni Perjanjian Lama, Surat Para Rasul dan Injil. Antara Bacaan Pertama dan Kedua dapat dinyanyikan Mazmur atau nyanyian lain.
Sesudah bacaan-bacaan, Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur di depan Uskup

Homili atau Amanat
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia  menerangkan  isi bacaan kepada calon Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih jelas dari Sakramen Krisma.

Pembaharuan Janji Baptis
Para calon Krisma berdiri, Uskup bertanya kepada mereka,dan mereka menjawab bersama-sama (lih. Pembaharuan Janji Baptis seperti Upacara Krisma di dalam Misa)
Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan menyerukan/menyanyikan:
U         : Inilah iman kita, inilah iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam kristus  Tuhan kita
CK/U   : Amin
Dengan tangan terkatup, Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan berkata
U         : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dalam batin

Penumpangan Tangan
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon Krisma, lalu Uskup  mengucapkan doa Krisma (hlm.34)

Pengurapan dengan Krisma
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu  membuat tanda salib pada dahi calon Krisma dengan berkata:
U         : ………….(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK      : Amin
U         : Damai Kristus besertamu
CK      : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu MB. No. 449, 452, 453, 454, 455.  
Sesudah pengurapan, Uskup (para imam pembantu) membasuh tangan.

Doa Umat
Lalu Uskup mengucapkan doa penutup Krisma (hlm. 36-37)

Doa Bapa Kami
Kemudian semua hadirin mengucapkan doa Bapa Kami

Berkat
Kemudian Uskup memberkati semua hadirin. Sebagai ganti rumus berkat yang biasa, dapat digunakan rumus berkat khusus (hlm. 37-38) atau doa untuk umat dan ditutup dengan berkat (hlm. 39).

C.    Upacara Krisma dalam Bahaya Maut
Seseorang yang telah dibaptis sebaiknya menerima juga sakramen Krisma dan ekaristi supaya inisiasinya lengkap. Jadi, kalau ia berada dalam bahaya maut, hendaknya ia menerima sakramen Krisma dan kemudian, kalau ia sudah cukup umur, komuni bekal suci (viaticum) sejauh keadaan mengizinkan, hendaknya ia diberi sekadar penjelasan sebelumnya.
Bila keadaan mengizinkan hendaknya dipergunakan upacara lengkap seperti upacara sakramen Krisma di dalam atau di luar misa.
Dalam keadaan darurat petugas Krisma menumpangkan tangan atas orang sakit dan berkata (hlm. 40-41).
Kemudian petugas Krisma mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi orang sakit sambil berkata:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus
Kalau dapat orang sakit menjawab:
CK: Amin
Bagian-bagian upacara persiapan dan penutup dapat ditambahkan sejauh keadaan mengizinkan.
Dalam keadaan yang sangat mendesak, cukup orang sakit diurapi dengan Krisma dengan rumus berikut:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus

NOTA PASTORAL
1.      Catatan untuk petugas Krisma yang bukan Uskup
·         Petugas Krisma yang bukan Uskup diharap mengikuti aturan upacara Krisma atau di dalam misa atau di luar misa
·         Kalau calon Krisma berjumlah banyak, petugas Krisma dapat dibantu oleh beberapa imam lain yang hendaknya dipilih dengan ketentuan: menjabat suatu tugas khusus dalam keUskupan, yakni Vikaris Jendra, Vikaris atau Delegatus Uskup, Vikaris distrik atau daerah, atau yang sederajat dengan jabatan-jabatan tersebut; atau menjabat pastor paroki tempat asal calon Krisma diberikan, pastor paroki tempat asal calon Krisma, atau para imam yang turut membimbing dan menyiapkan para calon Krisma
·         Apabila sakramen Krisma diberikan dalam misa, sebaiknya imam-imam tersebut ikut serta dalam konselebrasi
2.      Yang dapat menerima sakramen Krisma adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum pernah menerimanya (kan. 889,1). Selain itu, dituntut dari seorang calon yang sudah dewasa bahwa ia dalam keadaan berahmat, bahwa ia menerima persiapan secukupnya dan sanggup membarui janji baptisnya. Lamanya persiapan maupun caranya ditentukan oleh Uskup setempat. Di luar bahaya maut, agar seseorang dapat menerima sakramen Krisma secara sah (licit) bila ia dapat menggunakan akal dituntut bahwa ia diajar secukupnya, berdisposisi baik, dan dapat membaharui janji-janji baptis (kan. 889,2)
3.      Mengingat kebutuhan pastoral dewasa ini, sebaiknya wali baptis, jika hadir, bertindak juga sebagai wali Krisma. Maksudnya supaya hubungan erat antara baptis dan Krisma dinyatakan lebih jelas dan para wali dapat menunaikan tanggung jawabnya lebih baik. Meskipun begitu, tidak ada larangan memilih wali Krisma tersendiri. Boleh juga orang tua sendiri yang bertindak sebagai wali Krisma
4.      Syarat-syarat wali Krisma: a) cukup matang untuk memenuhi tugasnya; b) anggota gereja katolik yang telah menerima sakramen baptis, Krisma, dan ekaristi; c) tidak kena larangan hukum gereja untuk jadi wali Krisma.
5.      Petugas Krisma yang biasa ialah Uskup. Selain Uskup, orang-orang berikut ini berhak juga memberikan Krisma, antara lain: Administrator Apostolik yang bukan Uskup, Imam yang berdasarkan jabatannya membaptis orang dewas atau anak yang telah mengikuti katekumenat atau menerima ke dalam Gereja Katolik, orang dewasa yang sudah dibaptis. Dalam bahaya maut, bila Uskup tidak mudah dipanggil atau berhalangan, orang-orang berikut: Pastor Paroki, atau bila tidak hadir Pastor Pembantu; Imam yang memimpin paroki khusus; selanjutnya juga Vikarii Ekonomi, Vicarii Substituti, dan Vicari Adiutores. Tetapi bila semua yang disebut di atas tidak hadir, setiap imam yang tidak terkena censura atau hukuman kanonik.
6.      Para katekumen, baik yang dewasa maupun anak-anak hendaknya menerima sakramen Krisma dan ekaristi langsung sesudah pembaptisan. Kalau tidak mungkin, mereka menerima sakramen Krisma pada kesempatan lain dalam perayaan bersama. Demikian juga orang-orang dewasa yang dibaptis hendaknya menerima sakramen Krisma dan ekaristi dalam perayaan bersama sesudah mereka disiapkan secukupnya
7.      Hendaknya Pastor mencatat dalam buku khusus nama petugas Krisma, nama para penerima Krisma, serta orang tua dan wali Krisma. Demikian pula tanggal dan tempat upacara Krisma. Kecuali itu, pemberian Krisma harus juga dicatat dalam buku baptis sesuai dengan hukum Gereja.
8.      Bila seorang menerima sakramen Krisma dan Pastornya sendiri tidak hadir, maka petugas Krisma harus selekas mungkin melaporkan hal ini kepada Pastor tersebut, entah secara pribadi atau dengan perantaraan orang lain.

Penutup
Demikian telah diuraikan tentang apa itu Sakramen Krisma dan bagaimana melaksanakan dan merayakan Sakramen Krisma. Uraian di atas mengantar kita pada beberapa kesimpulan berikut ini: pertama, sakramen Krisma merupakan sakramen yang menguatkan para baptisan untuk semakin berani tampil menjadi saksi Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Kedua, Sakramen Krisma dilaksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri dan diteruskan oleh Gereja melalui para pemimpin Gereja (Uskup dan Imam) untuk tetap mempersatukan dan menguatkan hidup beriman umat Katolik. Ketiga, Sakramen Krisma hendaknya diberikan secara resmi dalam tata perayaan mulia sebagai suatu upacara demi suatu perutusan mulia, menjadi saksi Kristus di tengah dunia, menjadi garam dan terang bagi dunia.

Daftar Pustaka
Heuken, A. “Penguatan.” Dalam Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Caraka, 2005.
KWI. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Paus Yohannes Paulus II. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Terj. V. Kartosiswoyo, dkk. Jakarta: Obor, 2003.
PWI-Liturgi. Upacara Krisma. Ende: Arnoldus, 1974.



[1]A. Heuken, “Penguatan” dalam Ensiklopedi Gereja (Jakarta:Cipta Caraka, 2005), hlm.200.
[2]Lih. http://yesaya.indocell.net/id387.htm. Lih. juga KWI, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 427.
[3]Ibid.
[4]Ibid., hlm. 429.
[6] KWI, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, hlm. 428.
[8]Lih. Heuken, “Penguatan”, dalam Eksiklopedi Gereja.
[9]Lih. Paus Yohannes Paulus II, Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), terj. V. Kartosiswoyo, dkk. (Jakarta: Obor, 2003). Kan 847,1 mengatakan: Dalam menerimakan sakramen-sakramen yang menggunakan minyak suci, pelayan harus menggunakan minyak zaitun atau minyak lain yang diperas.
[11]Heuken, “Krisma” dalam Ensiklopedi Gereja,  hlm. 72.
[12] Lih. PWI-Liturgi, Upacara Krisma (Ende: Arnoldus, 1974)

1 komentar:

  1. How to make a casino deposit with Bitcoin | drmcd
    How to make a casino 동해 출장샵 deposit with Bitcoin. What 안동 출장마사지 does 화성 출장마사지 the Deposit Method Mean? This question 논산 출장안마 is based on 용인 출장샵 some of the main important considerations you need to make your casino

    BalasHapus