Roti Hidup
Oleh: Vitalis
Letsoin
- Pendahuluan
Catatan Yohanes tentang Roti Hidup
terdapat dalam Yohanes[1]
6:25-59. Maka dalam tulisan ini penulis akan menguraikan ceritera tentang Roti
hidup berdasarkan teks Yoh 6:25-59. Dalam tulisan ini, penulis pertama-tema
menguraikan panorama umum tentang teks Yoh 6:25-59. Dalam panorama tersebut
akan diuraikan konteks dan latarbelakang dari teks Yoh 6:25-59 dan juga
beberapa istilah penting yang berkaitan dengan Roti hidup. Pada bagian kedua
akan disajikan tafsiran tentang Roti hidup dan bagian ketiga akan diuraikan
inspirasi kotbah dari teks tersebut.
- Panorama umum.
1.
Konteks Teks
Teks Yoh 6:25-59 berada dalam satu
kesatuan yang utuh dengan tema bab
6:1-71.[2]
Galilea menjadi tempat berlangsungnya semua tanda dan pembicaraan yang
dilukiskan dalam perikop ini.[3]
Seluruh Injil Yoh yang bertemakan penggandaan roti ini merupakan suatu bagian
yang khas karena isi berdekatan dengan tradisi-tradisi Injil sinoptik. Bila
dihubungkan dengan tempat terjadinya tujuh mujizat yang dibuat oleh Yesus
ceritera penggadan roti ini merupakan ceritera yang sentral dalam Injil Yoh.
Kalau kita memperhatikan dengan
sungguh-sungguh mujizat penggadan roti menempati tempat keempat.[4]
Yang menarik kisah penggadaan roti ini menghubungkan tanda yang kelima yakni
perjalanan Yesus di atas air yang ditempatkan antara penggadaan roti dengan wejangan tentang “Roti Kehidupan”. Wejangan itu juga
gagasan-gagasan yang dikemukakan
sesudahnya, memberikan kepada seluruh bagian ini tempat yang terpenting
sehingga pantaslah diperhatikan secara istimewa.
Dalam kaitan dengan bab 6 Injil Yoh
harus diingat bahwa dari kelima kisah mengenai penggadaan roti yang terdapat
dalam Injil sinoptik, dapat ditarik kesimpulan bahwa Yesus sendiri memperbanyak
roti dengan maksud menyimbolkan perjamuan terakhir. Yesus mengucapkan doa dan
berkat ats roti dan ikan , Ia memecahkan roti itu dan memberikannya kepada para
murid-muridNya.[5] Demikian
pula pada waktu perjamuan akhir, Yesus mugucapkan berkat dan memecahkan roti
itu. Menurut Injil Markus 8:6 Yesus mengucap syukur, yang dalam bahasa
Yunani terungkap dalam kata
eucharistein.[6]
Akan tetapi sejak awal mula orang-orang
Kristen pertama memandang peristiwa penggadaan roti sebagai peristiwa yang mengingatkan perjamuan
terakhir Yesus. Roti dibagi-bagikan oleh para murid sebagai pengantara (Bdk Mrk
6:41;8:6), sedangkan mereka yang datang dari jauh diundang
untuk mengambil bagain dalam pembagian roti tersebut.
Tema padang gurun yang demikian
penting sebagai latar belakang sabda Yesus tentang Roti Kehidupan ditonjolkan
juga. Kaitan antara roti dan Firman yang
memainkan peranan penting dalam Injil
Yoh. Setelah menerima pengajaran para
murid harus membagi- bagikan roti kepada para pendengar (Bdk MRK 6:30-37).
Tetapi setelah mereka kenyang dengan roti yang sudah dibagi mereka tidak mampu meninggalkan cara berpikir
mereka yang picik yang berkisar pada
roti material semata-mata. Yoh 6 menguraikan
gagasan ini dalam suatu drama yang
indah tersusun dalam satu bentuk sastra yanbg mengagumkan. Dimulai dengan kisah
perbanyakan roti yang mengagumkan
(6:1-21). Kemudian disusul dengan sebuah
diskusi dengan orang Yahudi (Yoh 6:22-59).[7]
Akhirnya seperti biasa dalam kisan Injil Yoh ditariklah seatu kesimpulan dalam
hubungan dengan reaksi iman mereka yang bersangkutan.
2.
Latar belakang
Teks Yoh 6:25-59 mencerminkan segi historisnya dengan sangat jelas serentak
berkaitan erat. Roti hidup yang ada dibenak orang Yahudi serta merta langsung
dihubungkan dengan pengalaman nenek
moyang mereka selama pengembaraan di padang gurun. Roti hidup yang mereka
mengerti adalah “manna” yang diperoleh dari surga Ayat 31 kiranya secara tegas
menyebutkan hal itu “ Apa yang mereka maksudkan dengan tanda adalah pemberian
ulang manna seperti pada masa nenek
moyang mereka yakni perbekalan kebutuhan jasmani.
Mungkin mereka mengira bahwa mujizat
memberi makanan kepada banyak orang tak seimbang dengan penyediaan makanan oleh Musa selama pengembaraan
di padang gurunm.[8]
Roti yang datang dari Surga seperti dulu pernah terjadi di padang gurun pada
zaman nenek moyang mereka itulah yang
ingin mereka lihat dan inginkan. Dengan
demikian Roti yang Yesus berikan itu berasal dari bumi sehingga belum bisa
menyakinkan mereka secara sungguh-sungguh.[9]
Menurut mereka nenek moyang mereka Musa mengerjakan tanda yang jauh lebih hebat
dari pada apa yang dikerjakan oleh Yesus. Jadi pola pikir mereka sangatlah
bersifat kebendaan.
Berhadapan dengan pola pikir yang
demikian maka amatlah perlu bagi Yesus
untuk segera mngubah cara berpikir mereka. Yesus menuntun mereka kepada
pengenalan akan diriNya. Pada ayat 35
samapi 40 pribadi Yesus amatlah
ditekankan. Mereka yang bertanya kepada Yesus memkirkan pekerjaan dalam arti
memperoleh jasa tetapi Yesus segera mengubah cara berpikir mereka kepada kebutuhan akan iman. Bagaimanapun juga
orang banyak tersebut tertarik hanya kepada keajaiban itu sendiri dan bagaimana
keajaiban itu membawa keuntungan bagi mereka bukan sesuatu pengertian yang
timbul dari iman kepada Yesus. Lagi-lagi
mereka terpaku pada kenyataan harafiah. Mereka tidak mampu berefleksi lebih
jauh makna spiritual dari tanda yang mereka lihat.[10]
Yang terpenting bagi mereka adalah merasa kenyang . Harapan mesanis mereka
sangat bersifat material. Yesus mengingkirkan diri karena mereka mau menjadikan
Dia seorang mesias politik. Oleh karena itu Yesus perlu berbicara sekaligus
menasehati mereka.[11]
Rupanya Yesus menganggap perlu
menekankan soal kepercayaan kepada Allah.
Mereka memaksaNya menjadi raja dan mendirikan kerajaan Allah didunia
ini. Dilukiskan bahwa ketika orang Yahudi yang keras hati itu meskipun mereka
sudah mendapatkan tanda roti tetapi
mereka belum melihat apa-apa; meminta tanda pribadi Yesus dengan menunjuk secara jelas peranan Musa bagi mereka. Maka
Yesus menyatakan diri sebagai Roti sejati, Roti yang datang dari Surga.
Penghargaan mereka terhadap Yesus sunguh dangkal.
Kenyataan juga bahwa orang Yahudi memiliki
sikap loyalitas yang tinggi terhadap aturan yang berada dalam lingkungan
tinggal mereka. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap karya,
pekerjaan yang harus mereka lakukan. Dalam hukum taurat terdapat begitu banyak
peraturan yang tersusun secara terperinci yang mesti mereka perbuat. Mereka siap melakukan apa saja demi
kedatangan kerajaan mesias. Namun bukan itulah kiraya yang dipikirkan oleh
Yesus (6:28).[12]
Dengan penuh keheranan orang Yahudi bertanya:” pekerjaan apa yang harus mereka
lakukan. Mendengar Yesus berkata “bekerja”, dengan segera pikiran mereka
tertuju pada peraturan-peraturan keagamaan orang farisi yang mesti mereka
lakukan.[13]
3.
Beberapa istilah penting
Ø Manna.
Manna adalah makanan ajaib yang
diberikan oleh Allah kepada umat Israel selama menjelajah padang gurun (kel
16:14-21 dan Bil 11:6-9).[14]
Ø Roti dari Surga
Orang Yahudi menyamakan roti dari
surga dengan manna yang di terima oleh nenek moyang mereka selama pengembaraan
di padang gurun. Orang Yahudi mengutip Mzm 78 dan 32 dan Yesus mengambil ucapan
itu dan menerapkannya secara rohaniah. Pertama, Yesus menyangkal bahwa Musalah
yang menyediakan roti surgawi itu melainkan Bapak sendiri. Kemudian Yesus
menunjukan bahwa, Roti dari Surga tak lain adalah DiriNya sendiri.[15]
- Tafsiran Roti Hidup
Roti Hidup: Ekaristi
Para ekseget katolik menafsirkan Roti hidup dalam Yoh 6:25-59 ini sebagai ekaristi. [16] Kata Yesus: “Akulah Roti hidup yang turun
dari Surga. Jikalau seorang makan roti ini akan hidup selamanya, dan roti yang
Kuberikan ini ialah dagingKu yang akan Kuberikan untuk dunia (ay 51)”. Yesus
menyatakan secara tegas bahwa roti yang turun dari surga adalah dagingNya
sendiri. Makan daging Yesus dan minum darahNya mengingatkan kita akan kata-kata
institusi yang dinyatakan Yesus pada waktu perjamuan terakhir bersama dengan
murid-muridNya. Maka dengan demikian gagasan ekaristi tampil di sini. Apa yang
dikatakan oleh Yesus adalah roti dan
anggur Ekaristi yang adalah daging dan darahNya. Dalam ekaristi Yesus memberikan darah dan dagingNya untuk disantap
supaya mereka yang menyantapnya memperoleh hidup yang kekal dalam arti bahwa
mereka yang menyantapnya mendapat jaminan untuk kebangkitan yang akan
datang.
·
Percakapan Yesus
Percakapan antara Yesus dengan orang
Yahudi terjadi setelah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Mereka yang
datang saat itu ikut serta makan roti dan ikan yang digandakan oleh Yesus dan
mereka menjadi kenyang. Tema roti diangkat kembali dalam dialog Yesus mengenai
roti hidup. Walaupun mereka sudah
melihat tanda besar yang telah dibuat oleh Yesus namun mereka masih meminta tanda
agar mereka melihat dan percaya.
(ay 30). Permintaan tanda itu bisa
dimaklumi karena mereka mengenal
Musa yang juga diperlengkapi dengan
tanda-tanda besar. Salah satunya adalah nenek moyang mereka makan manna di
padang gurun. Mereka berkeyakinan bahwa di zaman mesias peristiwa hebat itu
masih akan terjadi kembali.[17]
Terhadap peristiwa itu ada penafsiran
berbeda antara mereka dengan Yesus. Orang Yahudi menafsirkan bahwa Musalah yang
memberi mereka roti dari surga. Sementara Yesus mengartikan bukan musa Tetapi
Bapalah yang memberikannya. Roti yang
diberikan oleh Bapa itu memberikan hidup kepada dunia. Roti yang disebut Yesus
itu adalah DiriNya. Ia turun dari Surga dan diberikan Bapa sebagai santapan
pemberi hidup. Dan segala kebutuhan manusia Aku cukupi.[18]
Maka barang siapa datang kepadaNya tidak
akan lapar lagi dan barang siapa percaya kepadaNya tidak akan haus lagi. Barang
siapa makan roti itu, ia tidak akan mati (ay 50).
Ay 51 membuka bagian baru dalam
dialog antara Yesus dengan orang yahudi. Yesus menyatakan kembali diriNYa
sebagai roti hidup yang telah turun dari surga. Pernyatan ini sudah ditampilkan
sebelumnya. Namun hal baru yang ditampilkan adalah pernyataan Yesus bahwa “ roti yang Kuberikan itu ialah
dagingKu yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia. Orang tidak lagi berhadapan dengan manna yang diterima oleh nenek moyang
di padang gurun. Roti yang dimaksudkan Yesus adalah dagingNya sendiri. Tentu
saja pernyataan Yesus ini menimbulkan kebingungan bagi mereka. Apa maksud
dengan makan dagingNya? Bagaimana mungkin hal itu dapat dilakukan? Pernyataan
Yesus menimbulkan pertengkaran diantara mereka. Mereka bertengkar karena tidak
memahami apa yang dikatakan Yesus.
Kesempatan ini menjadi momen bagi
Yesus untuk melanjutkan pengajaranNya. Bahasa yang digunakan Yesus tidak lagi
bahasa metaforis. Ia tidak lagi menggambarkan diri sebagai roti hidup yang
turun dari Surga oleh Bapa untuk hidup
dunia. Ia menyatakan diri sebagai roti dari Surga. Di sini Yesus berbicara
tentang barang siapa makan dari roti yang adalah daging Yesus sendiri akan
hidup selamanya. Dalam dialogNya Yesus mengatakan “barang siapa makan dagingKu
dan minum darahKu ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia
pada akhir zaman. Sekarang Yesus tidak
hanya berbicara tentang makan dagingNya tetapi juga berbicara mengenai minum darahNya. Pasangan makan
dagingNya dan minum darahNya sudah menjadi kosa kata dalam penghayatan jemaat
Kristen yang berasal dari perjamuan Yesus bersama murid-muridNya(Mrk 14:17-25;
Mat 13:21-30; Luk 22:14-23).
Efek dari makan daging dan minum darahNya
tidak hanya orang kenyang dan tidak haus tetapi mempunyai hidup kekal dan Yesus
akan membangkitkan pada akhir zaman. Yesus berbicara tentang keselamatan yang
diperoleh orang yang makan daging dan minum darahNya. Darahnya alan
menghapuskan dosa mereka dan minum
darahNya berarti bahwa orang yang dengan
imann menymambut darahNya akan
diperdamaiakan dengan Allah dan mendapat keselamatan.[19]
Hidup kekal diperoleh dengan percaya kepada Yesus yang diwujud nyatakan dengan
makan daging dan minum darah Yesus.
·
Makan daging dan minum darah Yesus.
Yesus menyatakan bahwa roti hidup yang diberikanyNya itu
adalah dagingNya sendiri. Ia memberikan dagingNya sebagai santapan yang
memberikan kehidupan. Yoh memilih kata daging (sarks) karena ia mau bicara
tentang makan daging dan minum darah yang menunjuk pada perjamuan Tuhan.[20]
Prolog Injil Yoh berbicara tentang kedatangan swang sabda kedalam dunia.
Kedatangan sang sabda itu diistilahkan
dengan menadi daing (1:14). Daging itulah yang sekarang diberikan kepada
manusia sebagai roti hidup. Pada ayat 32 disevbutkan bahwa Bapalah yang
memberikan roti dari Surga. Roti dari surga itu adalah Yesus. Ia turun dari
surga untuk kehidupan dunia. Pada ayat 51 dinyatakan bahwa Yesus sendirilah
sekarang yang memberikan roti itu; dan roti itu adalah dagingNya. Maka dalam waktu yang sama Yesus adalah roti
hidup dan sekaligus pemberi roti hidup. Ia berkuasa memberikan dagingNya karena
ia berkuasa menyerahkan hidupNya mewnurut kehendaknya sendiri. Roti hidup tidak
sekadar mengandung makna metaforis. Roti hidup itu memperoleh wujud nyata yakni
daging Yesus. Makan daging Yesus dan
minum dahNya tidak ada dalam arti metaforis. Makan daging dan minum darahnya
dimengerti secara literal-fisik yakni makan roti dan minum anggur ekaristisw
yang adalah daging dan darah Yesus.. Daging dan darah Yesus tidak hanya member
kelepasan dari lapar dan haus untuk sementara waktu. “DagingKu benar-benar
makanan dan darah Ku adalah benar-benar
minuman (ay 55). Yang makan daging Yesus tidak akan lapar lagi dan yang minum darahNya tidak akan haus lagi.
·
Memperoleh Hidup Kekal dan dibangkitkan Pada akhir zaman.
C. H. Dodd mengatakan: “ Dalam
kaiatannya dengan Konsep hidup kekal
versi Yoh sesungguhnya lebih mendapat penekanan pada kenyataan bahwa hidup
kekal hanya ditemukan dalam diri Yesus”.[21]
Memahami hidup kekal yang dimaksud Yoh, Ay 54 menampilkan perpaduan antara dua
gagasan eskatologi. Yang pertama gagasan eskatologis sekarang , di dunia ini.
Yang kedua adalah gagasan eskatologis masa mendatang (akhir zaman. Eakatologi sekarang muncul dalam kata-kata
Yesus “ ia mempunyai hidup kekal. Sedangkan eskatologi madsa depan muncul dalam pernyataan “Aku akan membangkitkan dia pada akhir
zaman”. Yang pertama menyatakan kenyataan yang diteriama oleh dia yang makan
daging dan minum darah Yesus. Yang kedua menyatakan janji akan
keselamatan(hidup) yang akan diberikan oleh Yesus kepada mereka.
Berbeda dengan pandangan pengarang KS
lainya, Yoh memandang hidup kekal sebagai Sesutu yang diperoleh sekarang ini juga karena percaya kepada Anak
allah. “Barang siapa yang percaya kepadaNya ia tidak akan dihukum; barang siapa
tidak pewrcaya ia telah berada dibawah hukuman
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18). Hidup
kekla diperoleh sekarang juga Hal itu tergantung keputusan hati manusia: percaya kepada Anak
Tunggal Allah atau tidak percaya kepada anak Tunggal allah Bagaimana hiudp
kekal itu diperoleh? Dalam ceritera tentang roti hidup bagain pertama (6:25-50)
ini sering kali muncul kata kerja datang dan percaya kepada yesus. Hidup kekal
itu diperoleh kaua orang datang dan percaya kepada yesus. Dalam ayat 501-28 hidup kekal diperoleh
dengan makan dagimnh dan minum darahNya.
Jadi, Hidup kekal itu nyata dalam
pribadi Yesus serta apa yang diajarkanNya. Seluruh hidup dan pengajaranNya berasal dari Bapa yang memberinya kuasa untuk
memproklamirkan dan kuasa Allah itu akan
membantu orang untuk memperoleh hidup
abadi.[22]
Ekaristi dipandang sebagai peristiwa yang membawa orang beriman ke dalam hidup
kekal yang dijanjikan Yesus.
- Inspirasi Kotbah
·
Ekaristi
Roti Hidup tak lain adalah Yesus Sendiri. Yesus
memberikan Dirinya untuk keselamatan dunia. Pemberian diri Yesus ini kita
kenangkan dalam perayaan ekaristi. Dalam perayaan ekaristi kita mennyantap
santapan rohani tubuh dan darah dari Yesus sendiri. Dengan menyantap Ubuh dan
darahNya kita mendapat jaminan akan hidup kekal dan kebangkitan
·
Roti dan Anggur sebagai lambang
tubuh dan darah Yesus.
Orang Yahudi mengartikan manna sebagai roti yang turun
dari surga. Bagi Yesus yang turun dari Surga adalah diriNya. Ia memberikan
diriNya kepada kita sebagai roti hidup. Dalam ekaristi pemberian diri Yesus itu
di simbolkan dengan roti dan anggur. Setiap kali kita menerima roti dan anggur
kita menerima tubuh dan darah Kristus.
·
Percaya
Orang Yahudi bertanya kepada Yesus;” Apakah yang harus
kami perbuat supaya kami mengerajakan pekerjaan yang dikehendaki Allah? Jawaban
Yesus adalah :” Pekerjaan yang dikehendaki Allah adalah percaya kepada
AnakNya.” Percaya adalah kata kunci untuk memahami diri Yesus sebagai Roti
hidup.
·
Pengorbanan hidup.
Melalui Roti hidup Yesus mengorbankan diriNya untuk
menjadi santapan rohani bagi kita. Sama seperti Yesus memberikan diri bagi
keselamatan kita maka menjadi orang Kristen kita di panggil untuk memberikan
diri kita bagi orang lain.
- Penutup
Dalam kisah Yesus sebagai roti hidup
Yohanes menggambarkan pribadi Yesus sebagai santapan kehidupan. Dia yang telah
menyerahkan hidup seutuhnya bagi sesama,
oleh Allah diterima sebagai yang mulia dan diberikan kembali kepada manusia sebagai roti surgawi. Uraian
Yohanes ini tentang roti hidup menghantar kita untuk berbicara tentang
ekaristi. Karena catatan Yohanes tentang roti hidup tak lain tentang ekaristi
itu sendiri. Dalam ekaristi kita merayakan Yesus yang memberikan diriNya untuk
kita.
Daftar
Kepustakaan
Annie Jaubert, Mengenal
Injil Yohanes. Yogyakarta:Kanisius,1988.
Brill Wesley. J. Tafsiran
Injil Yohanes. Bandung:Kalam Hidup, 1972.
Darmawijaya, St.
Pesan Injil Yohanes.
Yagyakarta:Kanisius, 1988.
Dodd C. H. The Interpretation
of The Fourth Gospel. USA: Michigan, 1953.
Eldon George. A
Theology Of new Testament. USA:William B Eerdmans Publishing Companny &
Grand Rapids- Michigan, 1979.
Heuken. A. Ensiklopedi Gereja
III Kos-Pe. Jakarta:Cipta Loka caraka, 1993
Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran
Alkitab Perjanjian Baru (ed) Dianne Bergant dan Robert J. Karris
Yogyakarta:Kanisius, 2002.
Moris Leon. The Gospel According to John. Michigan:WM.B.
Eerdmans Publising Co.1980.
Prasetyantha Y. B (ed). Ekaristi Dalam Hidup Kita. (Yogyakarta:Kanisius,2008.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius- Wahyu. Jakarta:
Yayasan Komunikasih Bina Kasih, 2003
Verkuye. J. Injil Yahya. Jakarta: Badan Penerbitan
Kristen, 1997.
.
.
[2] Bab ini akan berpusat pada ceritera
tentang Yesus sebagai Roti Hidup. Episode ini mempunyai empat pembagain yang jelas:Pertama,
penggadaan roti, kedua berjalan diatas air, tiga wejangan Yesus, empat sebuah
epilog reaksi. Lembaga Biblika Indonesia, (ed) Dianne Bergant dan Robert J.
Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru,(Yogyakarta:Kanisius,2002),
hlm.172.
[3] Galilea menjadi tempat yang ajaib. Di
Galilea Yesus memberi makan 5000 orang. Di sana Yesus berhadapan dengan harapan
dari banyak orang tentang datangnya
seorang Mesias sebagai pemimpin agama serentak juga pemimpin politik atau raja
duniawi. Pertikaian itu beaker dengn peristiwa penolakan Yesus, dimana para
penduduk meninggalkan Yesus.Kiranya bayangan kayu salib mulai kelihatan dalam
bab ini. Dan memang akhirnya Yesus
disalibkan. Yesus memang bersedia memberikan diriNya menjadi korban yang
disalibkan. Biji gandum itu bersedia mati, supaya manusia dapat memetik buahnya
dan hidup dari roti itu. J. Verkuye, Injil
Yahya (Jakarta: Badan Penerbitan Kristen, 1997), hlm.82-83.
[4] Ada tiga tanda sebelum mujizat penggadaan
roti dan tiga tanda setelah penggadaan roti. Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes (Yogyakarta:Kanisius,1988),
hlm.83.
[5] Bdk Markus 6:41
[6] Kata Yunani eucharistein dipakai juga
dalam kisah-kisah mengenai perjamuanj terakhir. Dan dari kata eucharistein itu
berasal pula kata yang kita kenal sampai sekarang yaitu ekaristi. Anie Jaubert,
Mengenal Injil Yohanes, hlm.84.
[7] Percakapan
ini ini dibagi dalam dua tahap: Thap pertama ayat 25-51Tahap ini
diilhami oleh tema Yahudi yakni berhubungan
dengan Musa (Bdk Kel 16:4-15;Mzm 105:40 dan pesta eskatologis serta
kebijaksanaan (Yes 55:1-3)serta pewahyuan universal Allah (Ul8:3). Tahap kedua
ayat 51c-58. Menggunaklan istilah jamuan ekaristi yang mungkin sekali
menunjukan sittz in leben seluruh komposisi ini
karena skema dialog nampaknya
hanya sara mengembangkan kotbag itu snediri. Dalam kerangka dan dasar 2 pola di
atas yaitu pola alkitabiah dan ibadah dialog berkembang melalui bagaian
pembicaraan sekitar roti. Darmawijaya, St,
Pesan Injil Yohanes, hlm.63.
[8] Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3: Matius- Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasih BIna
Kasih, 2003), hlm.287.
[9] J. Verkuye, Injil Yahya (Jakarta:Badan Penerbit Kristen,1967), hlm.91.
[10] Leon Moris, The Gospel According to John (Michigan:WM.B. Eerdmans Publising
Co.1980), hlm358. “But these people were crass materialistis. They had not
reflected on the spiritual significance
of the sign they had seen”.
[11] J. Verkuye. Injil Yahya, hlm.90.
[14] A. Keuken, Ensiklopedi Gereja III Kos-Pe (Jakarta:Cipta Loka caraka, 1993),
hlm.125.
[15] Tafsir
Alkitab Masa Kini-3 matius- Wahyu (Jakrta: Yayasan Komunikasih Bina
Kasih/OMF,1976), hlm.287.
[16] Y.B. Prasetyantha (ed), Ekaristi Dalam Hidup Kita (Yogyakarta:Kanisius,2008),
hlm.54.
[17] St. Darmawijaya, Pesan Injil Yohanes (Yogyakarta:Kanisius,1988), hlm. 62.
[18] J. Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes ( Bandung:Kalam Hidup, 1972), hlm.69.
[19] J.
Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes (
Bandung:Kalam Hidup, 1972), hlm. 71.
[20].Y.B. Prasetyantha (ed), Ekaristi Dalam Hidup Kita (Yogyakarta:
Kanisius, 2008), hlm.59.
[21] C.H. Dodd, The Interpretation of The Fourth Gospel (USA: Michigan, 1953),
hlm.150.
[22] George Eldon, A Theology Of new Testament (USA:William B Eerdmans Publishing
Companny & Grand Rapids- Michigan, 1979), hlm.257.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar