Rabu, 08 Februari 2012

Roti Hidup

 Roti Hidup
Oleh: Vitalis Letsoin

  1. Pendahuluan
Catatan Yohanes tentang Roti Hidup terdapat dalam Yohanes[1] 6:25-59. Maka dalam tulisan ini penulis akan menguraikan ceritera tentang Roti hidup berdasarkan teks Yoh 6:25-59. Dalam tulisan ini, penulis pertama-tema menguraikan panorama umum tentang teks Yoh 6:25-59. Dalam panorama tersebut akan diuraikan konteks dan latarbelakang dari teks Yoh 6:25-59 dan juga beberapa istilah penting yang berkaitan dengan Roti hidup. Pada bagian kedua akan disajikan tafsiran tentang Roti hidup dan bagian ketiga akan diuraikan inspirasi kotbah dari teks tersebut.

  1. Panorama umum.
1.      Konteks Teks
Teks Yoh 6:25-59 berada dalam satu kesatuan yang utuh dengan tema  bab 6:1-71.[2] Galilea menjadi tempat berlangsungnya semua tanda dan pembicaraan yang dilukiskan dalam perikop ini.[3] Seluruh Injil Yoh yang bertemakan penggandaan roti ini merupakan suatu bagian yang khas karena isi berdekatan dengan tradisi-tradisi Injil sinoptik. Bila dihubungkan dengan tempat terjadinya tujuh mujizat yang dibuat oleh Yesus ceritera penggadan roti ini merupakan ceritera yang sentral dalam Injil Yoh. Kalau kita memperhatikan  dengan sungguh-sungguh mujizat penggadan roti menempati tempat keempat.[4] Yang menarik kisah penggadaan roti ini menghubungkan tanda yang kelima yakni perjalanan Yesus di atas air yang ditempatkan antara  penggadaan roti  dengan wejangan  tentang “Roti Kehidupan”. Wejangan itu juga gagasan-gagasan yang dikemukakan  sesudahnya, memberikan kepada seluruh bagian ini tempat yang terpenting sehingga pantaslah diperhatikan secara istimewa.
Dalam kaitan dengan bab 6 Injil Yoh harus diingat bahwa dari kelima kisah mengenai penggadaan roti yang terdapat dalam Injil sinoptik, dapat ditarik kesimpulan bahwa Yesus sendiri memperbanyak roti dengan maksud menyimbolkan perjamuan terakhir. Yesus mengucapkan doa dan berkat ats roti dan ikan , Ia memecahkan roti itu dan memberikannya kepada para murid-muridNya.[5] Demikian pula pada waktu perjamuan akhir, Yesus mugucapkan berkat dan memecahkan roti itu. Menurut Injil Markus 8:6 Yesus mengucap syukur, yang dalam bahasa Yunani  terungkap dalam kata eucharistein.[6] Akan tetapi sejak awal mula  orang-orang Kristen pertama memandang peristiwa penggadaan roti  sebagai peristiwa yang mengingatkan perjamuan terakhir Yesus. Roti dibagi-bagikan oleh para murid sebagai pengantara (Bdk Mrk 6:41;8:6), sedangkan mereka yang datang dari jauh  diundang  untuk mengambil bagain dalam pembagian roti tersebut.
Tema padang gurun yang demikian penting sebagai latar belakang sabda Yesus tentang Roti Kehidupan ditonjolkan juga. Kaitan antara roti dan Firman  yang memainkan peranan  penting dalam Injil Yoh.  Setelah menerima pengajaran para murid harus membagi- bagikan roti kepada para pendengar (Bdk MRK 6:30-37). Tetapi setelah mereka kenyang dengan roti yang sudah dibagi  mereka tidak mampu meninggalkan cara berpikir mereka yang picik  yang berkisar pada roti material semata-mata. Yoh 6 menguraikan  gagasan  ini dalam suatu drama yang indah tersusun dalam satu bentuk sastra yanbg mengagumkan. Dimulai dengan kisah perbanyakan  roti yang mengagumkan (6:1-21). Kemudian disusul dengan sebuah  diskusi dengan orang Yahudi (Yoh 6:22-59).[7] Akhirnya seperti biasa dalam kisan Injil Yoh ditariklah seatu kesimpulan dalam hubungan dengan reaksi iman mereka yang bersangkutan.

2.      Latar belakang
Teks Yoh 6:25-59 mencerminkan  segi historisnya dengan sangat jelas serentak berkaitan erat. Roti hidup yang ada dibenak orang Yahudi serta merta langsung dihubungkan  dengan pengalaman nenek moyang mereka selama pengembaraan di padang gurun. Roti hidup yang mereka mengerti adalah “manna” yang diperoleh dari surga Ayat 31 kiranya secara tegas menyebutkan hal itu “ Apa yang mereka maksudkan dengan tanda adalah pemberian ulang  manna seperti pada masa nenek moyang  mereka yakni perbekalan kebutuhan  jasmani.
Mungkin mereka mengira bahwa mujizat memberi makanan kepada  banyak orang  tak seimbang dengan  penyediaan makanan oleh Musa selama pengembaraan di padang gurunm.[8] Roti yang datang dari Surga seperti dulu pernah terjadi di padang gurun pada zaman nenek moyang mereka  itulah yang ingin mereka lihat  dan inginkan. Dengan demikian Roti yang Yesus berikan itu berasal dari bumi sehingga belum bisa menyakinkan mereka secara sungguh-sungguh.[9] Menurut mereka nenek moyang mereka Musa mengerjakan tanda yang jauh lebih hebat dari pada apa yang dikerjakan oleh Yesus. Jadi pola pikir mereka sangatlah bersifat kebendaan.
Berhadapan dengan pola pikir yang demikian maka amatlah perlu bagi Yesus  untuk segera mngubah cara berpikir mereka. Yesus menuntun mereka kepada pengenalan akan diriNya.   Pada ayat 35 samapi 40  pribadi Yesus amatlah ditekankan. Mereka yang bertanya kepada Yesus memkirkan pekerjaan dalam arti memperoleh jasa tetapi Yesus segera mengubah cara berpikir mereka  kepada kebutuhan akan iman. Bagaimanapun juga orang banyak tersebut tertarik hanya kepada keajaiban itu sendiri dan bagaimana keajaiban itu membawa keuntungan bagi mereka bukan sesuatu pengertian yang timbul dari iman kepada Yesus.  Lagi-lagi mereka terpaku pada kenyataan harafiah. Mereka tidak mampu berefleksi lebih jauh makna spiritual dari tanda yang mereka lihat.[10] Yang terpenting bagi mereka adalah merasa kenyang . Harapan mesanis mereka sangat bersifat material. Yesus mengingkirkan diri karena mereka mau menjadikan Dia seorang mesias politik. Oleh karena itu Yesus perlu berbicara sekaligus menasehati mereka.[11]
Rupanya Yesus menganggap perlu menekankan soal kepercayaan kepada Allah.  Mereka memaksaNya menjadi raja dan mendirikan kerajaan Allah didunia ini. Dilukiskan bahwa ketika orang Yahudi yang keras hati itu meskipun mereka sudah mendapatkan  tanda roti tetapi mereka belum melihat apa-apa; meminta tanda pribadi Yesus dengan menunjuk  secara jelas peranan Musa bagi mereka. Maka Yesus menyatakan diri sebagai Roti sejati, Roti yang datang dari Surga. Penghargaan mereka terhadap Yesus sunguh dangkal.
 Kenyataan juga bahwa orang Yahudi memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap aturan yang berada dalam lingkungan tinggal mereka. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap karya, pekerjaan yang harus mereka lakukan. Dalam hukum taurat terdapat begitu banyak peraturan yang tersusun secara terperinci yang mesti mereka perbuat.  Mereka siap melakukan apa saja demi kedatangan kerajaan mesias. Namun bukan itulah kiraya yang dipikirkan oleh Yesus (6:28).[12] Dengan penuh keheranan orang Yahudi bertanya:” pekerjaan apa yang harus mereka lakukan. Mendengar Yesus berkata “bekerja”, dengan segera pikiran mereka tertuju pada peraturan-peraturan keagamaan orang farisi yang mesti mereka lakukan.[13]

3.      Beberapa istilah penting
Ø  Manna.
Manna adalah makanan ajaib yang diberikan oleh Allah kepada umat Israel selama menjelajah padang gurun (kel 16:14-21 dan Bil 11:6-9).[14]
Ø  Roti dari Surga
Orang Yahudi menyamakan roti dari surga dengan manna yang di terima oleh nenek moyang mereka selama pengembaraan di padang gurun. Orang Yahudi mengutip Mzm 78 dan 32 dan Yesus mengambil ucapan itu dan menerapkannya secara rohaniah. Pertama, Yesus menyangkal bahwa Musalah yang menyediakan roti surgawi itu melainkan Bapak sendiri. Kemudian Yesus menunjukan bahwa,  Roti dari  Surga tak lain adalah DiriNya sendiri.[15]

  1. Tafsiran Roti Hidup
Roti Hidup: Ekaristi
Para ekseget katolik menafsirkan Roti hidup dalam  Yoh 6:25-59 ini sebagai ekaristi. [16]   Kata Yesus: “Akulah Roti hidup yang turun dari Surga. Jikalau seorang makan roti ini akan hidup selamanya, dan roti yang Kuberikan ini ialah dagingKu yang akan Kuberikan untuk dunia (ay 51)”. Yesus menyatakan secara tegas bahwa roti yang turun dari surga adalah dagingNya sendiri. Makan daging Yesus dan minum darahNya mengingatkan kita akan kata-kata institusi yang dinyatakan Yesus pada waktu perjamuan terakhir bersama dengan murid-muridNya. Maka dengan demikian gagasan ekaristi tampil di sini. Apa yang dikatakan oleh Yesus  adalah roti dan anggur Ekaristi yang adalah daging dan darahNya. Dalam ekaristi Yesus  memberikan darah dan dagingNya untuk disantap supaya mereka yang menyantapnya memperoleh hidup yang kekal dalam arti bahwa mereka yang menyantapnya mendapat jaminan untuk kebangkitan yang akan datang. 
·         Percakapan  Yesus
Percakapan antara Yesus dengan orang Yahudi terjadi setelah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Mereka yang datang saat itu ikut serta makan roti dan ikan yang digandakan oleh Yesus dan mereka menjadi kenyang. Tema roti diangkat kembali dalam dialog Yesus mengenai roti hidup.  Walaupun mereka sudah melihat tanda besar yang telah dibuat oleh Yesus namun mereka masih  meminta tanda  agar  mereka melihat dan percaya. (ay 30).  Permintaan tanda itu bisa dimaklumi karena  mereka mengenal Musa  yang juga diperlengkapi dengan tanda-tanda besar. Salah satunya adalah nenek moyang mereka makan manna di padang gurun. Mereka berkeyakinan bahwa di zaman mesias peristiwa hebat itu masih akan terjadi kembali.[17]
Terhadap peristiwa itu ada penafsiran berbeda antara mereka dengan Yesus. Orang Yahudi menafsirkan bahwa Musalah yang memberi mereka roti dari surga. Sementara Yesus mengartikan bukan musa Tetapi Bapalah yang memberikannya.  Roti yang diberikan oleh Bapa itu memberikan hidup kepada dunia. Roti yang disebut Yesus itu adalah DiriNya. Ia turun dari Surga dan diberikan Bapa sebagai santapan pemberi hidup. Dan segala kebutuhan manusia Aku cukupi.[18]  Maka barang siapa datang kepadaNya tidak akan lapar lagi dan barang siapa percaya kepadaNya tidak akan haus lagi. Barang siapa makan roti itu, ia tidak akan mati (ay 50).
Ay 51 membuka bagian baru dalam dialog antara Yesus dengan orang yahudi. Yesus menyatakan kembali diriNYa sebagai roti hidup yang telah turun dari surga. Pernyatan ini sudah ditampilkan sebelumnya. Namun hal baru yang ditampilkan adalah pernyataan Yesus  bahwa “ roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu  yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Orang tidak lagi berhadapan dengan manna yang diterima oleh nenek moyang di padang gurun. Roti yang dimaksudkan Yesus adalah dagingNya sendiri. Tentu saja pernyataan Yesus ini menimbulkan kebingungan bagi mereka. Apa maksud dengan makan dagingNya? Bagaimana mungkin hal itu dapat dilakukan? Pernyataan Yesus menimbulkan pertengkaran diantara mereka. Mereka bertengkar karena tidak memahami apa yang dikatakan Yesus. 
Kesempatan ini menjadi momen bagi Yesus untuk melanjutkan pengajaranNya. Bahasa yang digunakan Yesus tidak lagi bahasa metaforis. Ia tidak lagi menggambarkan diri sebagai roti hidup yang turun dari Surga  oleh Bapa untuk hidup dunia. Ia menyatakan diri sebagai roti dari Surga. Di sini Yesus berbicara tentang barang siapa makan dari roti yang adalah daging Yesus sendiri akan hidup selamanya. Dalam dialogNya Yesus mengatakan “barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.  Sekarang Yesus tidak hanya berbicara tentang makan dagingNya tetapi juga berbicara  mengenai minum darahNya. Pasangan makan dagingNya dan minum darahNya sudah menjadi kosa kata dalam penghayatan jemaat Kristen yang berasal dari perjamuan Yesus bersama murid-muridNya(Mrk 14:17-25; Mat 13:21-30; Luk 22:14-23).
 Efek dari makan daging dan minum darahNya tidak hanya orang kenyang dan tidak haus tetapi mempunyai hidup kekal dan Yesus akan membangkitkan pada akhir zaman. Yesus berbicara tentang keselamatan yang diperoleh orang yang makan daging dan minum darahNya. Darahnya alan menghapuskan  dosa mereka dan minum darahNya berarti bahwa  orang yang dengan imann menymambut darahNya  akan diperdamaiakan dengan Allah dan mendapat keselamatan.[19] Hidup kekal diperoleh dengan percaya kepada Yesus yang diwujud nyatakan dengan makan daging dan minum darah Yesus.

·         Makan daging dan minum darah Yesus.
Yesus menyatakan bahwa roti hidup yang diberikanyNya itu adalah dagingNya sendiri. Ia memberikan dagingNya sebagai santapan yang memberikan kehidupan. Yoh memilih kata daging (sarks) karena ia mau bicara tentang makan daging dan minum darah yang menunjuk pada perjamuan Tuhan.[20] Prolog Injil Yoh berbicara tentang kedatangan swang sabda kedalam dunia. Kedatangan sang sabda itu diistilahkan  dengan menadi daing (1:14). Daging itulah yang sekarang diberikan kepada manusia sebagai roti hidup. Pada ayat 32 disevbutkan bahwa Bapalah yang memberikan roti dari Surga. Roti dari surga itu adalah Yesus. Ia turun dari surga untuk kehidupan dunia. Pada ayat 51 dinyatakan bahwa Yesus sendirilah sekarang yang memberikan roti itu; dan roti itu adalah dagingNya.  Maka dalam waktu yang sama Yesus adalah roti hidup dan sekaligus pemberi roti hidup. Ia berkuasa memberikan dagingNya karena ia berkuasa menyerahkan hidupNya mewnurut kehendaknya sendiri. Roti hidup tidak sekadar mengandung makna metaforis. Roti hidup itu memperoleh wujud nyata yakni daging Yesus.  Makan daging Yesus dan minum dahNya tidak ada dalam arti metaforis. Makan daging dan minum darahnya dimengerti secara literal-fisik yakni makan roti dan minum anggur ekaristisw yang adalah daging dan darah Yesus.. Daging dan darah Yesus tidak hanya member kelepasan dari lapar dan haus untuk sementara waktu. “DagingKu benar-benar makanan  dan darah Ku adalah benar-benar minuman (ay 55). Yang makan daging Yesus tidak akan lapar lagi  dan yang minum darahNya tidak akan haus lagi.

·         Memperoleh Hidup Kekal dan dibangkitkan Pada akhir zaman.
C. H. Dodd mengatakan: “ Dalam kaiatannya dengan Konsep hidup  kekal versi Yoh sesungguhnya lebih mendapat penekanan pada kenyataan bahwa hidup kekal hanya ditemukan dalam diri Yesus”.[21] Memahami hidup kekal yang dimaksud Yoh,   Ay 54 menampilkan perpaduan antara dua gagasan eskatologi. Yang pertama gagasan eskatologis sekarang , di dunia ini. Yang kedua adalah gagasan eskatologis masa mendatang (akhir zaman.  Eakatologi sekarang muncul dalam kata-kata Yesus “ ia mempunyai hidup kekal. Sedangkan eskatologi madsa depan  muncul dalam pernyataan  “Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”. Yang pertama menyatakan kenyataan yang diteriama oleh dia yang makan daging dan minum darah Yesus. Yang kedua menyatakan janji akan keselamatan(hidup) yang akan diberikan oleh Yesus  kepada mereka. 
Berbeda dengan pandangan pengarang KS lainya, Yoh memandang hidup kekal sebagai Sesutu yang diperoleh  sekarang ini juga karena percaya kepada Anak allah. “Barang siapa yang percaya kepadaNya ia tidak akan dihukum; barang siapa tidak pewrcaya ia telah berada dibawah hukuman  sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18). Hidup kekla diperoleh sekarang juga Hal itu tergantung  keputusan hati manusia: percaya kepada Anak Tunggal Allah atau tidak percaya kepada anak Tunggal allah Bagaimana hiudp kekal itu diperoleh? Dalam ceritera tentang roti hidup bagain pertama (6:25-50) ini sering kali muncul kata kerja datang dan percaya kepada yesus. Hidup kekal itu diperoleh kaua orang datang dan percaya kepada yesus.  Dalam ayat 501-28 hidup kekal diperoleh dengan makan dagimnh  dan minum darahNya. Jadi, Hidup kekal  itu nyata dalam pribadi Yesus serta apa yang diajarkanNya. Seluruh hidup dan pengajaranNya  berasal dari Bapa  yang memberinya kuasa untuk memproklamirkan  dan kuasa Allah itu akan membantu orang  untuk memperoleh hidup abadi.[22] Ekaristi dipandang sebagai peristiwa yang membawa orang beriman ke dalam hidup kekal yang dijanjikan Yesus.

  1. Inspirasi Kotbah
·         Ekaristi
Roti Hidup tak lain adalah Yesus Sendiri. Yesus memberikan Dirinya untuk keselamatan dunia. Pemberian diri Yesus ini kita kenangkan dalam perayaan ekaristi. Dalam perayaan ekaristi kita mennyantap santapan rohani tubuh dan darah dari Yesus sendiri. Dengan menyantap Ubuh dan darahNya kita mendapat jaminan akan hidup kekal dan kebangkitan
·         Roti dan Anggur sebagai lambang tubuh dan darah Yesus.
Orang Yahudi mengartikan manna sebagai roti yang turun dari surga. Bagi Yesus yang turun dari Surga adalah diriNya. Ia memberikan diriNya kepada kita sebagai roti hidup. Dalam ekaristi pemberian diri Yesus itu di simbolkan dengan roti dan anggur. Setiap kali kita menerima roti dan anggur kita menerima tubuh dan darah Kristus.
·         Percaya
Orang Yahudi bertanya kepada Yesus;” Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerajakan pekerjaan yang dikehendaki Allah? Jawaban Yesus adalah :” Pekerjaan yang dikehendaki Allah adalah percaya kepada AnakNya.” Percaya adalah kata kunci untuk memahami diri Yesus sebagai Roti hidup.
·         Pengorbanan hidup.
Melalui Roti hidup Yesus mengorbankan diriNya untuk menjadi santapan rohani bagi kita. Sama seperti Yesus memberikan diri bagi keselamatan kita maka menjadi orang Kristen kita di panggil untuk memberikan diri kita bagi orang lain.

  1. Penutup
Dalam kisah Yesus sebagai roti hidup Yohanes menggambarkan pribadi Yesus sebagai santapan kehidupan. Dia yang telah menyerahkan  hidup seutuhnya bagi sesama, oleh Allah diterima sebagai yang mulia dan diberikan kembali  kepada manusia sebagai roti surgawi. Uraian Yohanes ini tentang roti hidup menghantar kita untuk berbicara tentang ekaristi. Karena catatan Yohanes tentang roti hidup tak lain tentang ekaristi itu sendiri. Dalam ekaristi kita merayakan Yesus yang memberikan diriNya untuk kita.







Daftar Kepustakaan

Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes. Yogyakarta:Kanisius,1988.

Brill Wesley. J. Tafsiran Injil Yohanes. Bandung:Kalam Hidup, 1972.

Darmawijaya, St.  Pesan Injil Yohanes. Yagyakarta:Kanisius, 1988.

Dodd C. H. The Interpretation of The Fourth Gospel. USA: Michigan, 1953.

Eldon George. A Theology Of new Testament. USA:William B Eerdmans Publishing Companny & Grand Rapids- Michigan, 1979.

Heuken. A. Ensiklopedi Gereja III Kos-Pe. Jakarta:Cipta Loka caraka, 1993
Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru (ed) Dianne Bergant dan Robert J. Karris Yogyakarta:Kanisius, 2002.

 Moris Leon. The Gospel According to John. Michigan:WM.B. Eerdmans Publising Co.1980.


Prasetyantha Y. B (ed). Ekaristi Dalam Hidup Kita. (Yogyakarta:Kanisius,2008.

Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius- Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih, 2003

Verkuye. J.  Injil Yahya. Jakarta: Badan Penerbitan Kristen, 1997.

.
  
 .




[1] Selanjutnya akan dipakai Yoh.
[2] Bab ini akan berpusat pada ceritera tentang Yesus sebagai Roti Hidup. Episode ini mempunyai  empat pembagain yang jelas:Pertama, penggadaan roti, kedua berjalan diatas air, tiga wejangan Yesus, empat sebuah epilog reaksi. Lembaga Biblika Indonesia, (ed) Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru,(Yogyakarta:Kanisius,2002), hlm.172.
[3] Galilea menjadi tempat yang ajaib. Di Galilea Yesus memberi makan 5000 orang. Di sana Yesus berhadapan dengan harapan dari banyak orang  tentang datangnya seorang Mesias sebagai pemimpin agama serentak juga pemimpin politik atau raja duniawi. Pertikaian itu beaker dengn peristiwa penolakan Yesus, dimana para penduduk meninggalkan Yesus.Kiranya bayangan kayu salib mulai kelihatan dalam bab ini.  Dan memang akhirnya Yesus disalibkan. Yesus memang bersedia memberikan diriNya menjadi korban yang disalibkan. Biji gandum itu bersedia mati, supaya manusia dapat memetik buahnya dan hidup dari roti itu. J. Verkuye, Injil Yahya (Jakarta: Badan Penerbitan Kristen, 1997), hlm.82-83.
[4] Ada tiga tanda sebelum mujizat penggadaan roti dan tiga tanda setelah penggadaan roti. Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes (Yogyakarta:Kanisius,1988), hlm.83.
[5] Bdk Markus 6:41
[6] Kata Yunani eucharistein dipakai juga dalam kisah-kisah mengenai perjamuanj terakhir. Dan dari kata eucharistein itu berasal pula kata yang kita kenal sampai sekarang yaitu ekaristi. Anie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes, hlm.84.
[7] Percakapan  ini ini dibagi dalam dua tahap: Thap pertama ayat 25-51Tahap ini diilhami  oleh tema Yahudi yakni berhubungan dengan Musa (Bdk Kel 16:4-15;Mzm 105:40 dan pesta eskatologis serta kebijaksanaan (Yes 55:1-3)serta pewahyuan universal Allah (Ul8:3). Tahap kedua ayat 51c-58. Menggunaklan istilah jamuan ekaristi yang mungkin sekali menunjukan sittz in leben seluruh komposisi ini  karena skema dialog  nampaknya hanya sara mengembangkan kotbag itu snediri. Dalam kerangka dan dasar 2 pola di atas yaitu pola alkitabiah dan ibadah dialog berkembang melalui bagaian pembicaraan sekitar roti. Darmawijaya, St, Pesan Injil Yohanes, hlm.63.
[8] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius- Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasih BIna Kasih, 2003), hlm.287.
[9] J. Verkuye, Injil Yahya (Jakarta:Badan Penerbit Kristen,1967), hlm.91.
[10] Leon Moris, The Gospel According to John (Michigan:WM.B. Eerdmans Publising Co.1980), hlm358. “But these people were crass materialistis. They had not reflected on the spiritual significance  of the sign they had seen”.
[11] J. Verkuye. Injil Yahya, hlm.90.
[12] Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes (Yogyakarta:Kanisius, 1988), hlm.91
[13] Ibid hlm. 91.
[14] A. Keuken, Ensiklopedi Gereja III Kos-Pe (Jakarta:Cipta Loka caraka, 1993), hlm.125.
[15] Tafsir Alkitab Masa Kini-3 matius- Wahyu (Jakrta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF,1976), hlm.287.
[16] Y.B. Prasetyantha (ed), Ekaristi Dalam Hidup Kita (Yogyakarta:Kanisius,2008), hlm.54.
[17] St. Darmawijaya, Pesan Injil Yohanes (Yogyakarta:Kanisius,1988), hlm. 62.
[18] J. Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes ( Bandung:Kalam Hidup, 1972), hlm.69.
[19]  J. Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes ( Bandung:Kalam Hidup, 1972), hlm.  71.
[20].Y.B. Prasetyantha (ed), Ekaristi Dalam Hidup Kita (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.59.
[21] C.H. Dodd, The Interpretation of The Fourth Gospel (USA: Michigan, 1953), hlm.150.
[22] George Eldon, A Theology Of new Testament (USA:William B Eerdmans Publishing Companny & Grand Rapids- Michigan, 1979), hlm.257.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar