Rabu, 08 Februari 2012

RINGKASAN LUMEN GENTIUM

RINGKASAN LUMEN GENTIUM
(Oleh: Vitalis Letsoin)




Latar Belakang
Ketika bermaksud mengundang Konsili Vatikan II pada tahun 1959, Paus Yohanes XXIII mencanangkan "aggiornamento" atau pembaruan Gereja, menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern (Konstitusi apostolik Humanae Salutis 1961). Sebelum Konsili dimulai dari para uskup sedunia diminta saran-saran lebih dulu, yang disusun menjadi pelbagai skema. Di dalam Konsili para uskup berdasarkan skema-skema yang sudah disusun berusaha mendiskusikan dan merumuskan pandangan dan pemahaman teologis mereka akan Gereja dalam terang Tradisi dan Kitab Suci. Hasilnya adalah Lumen Gentium, suatu dokumen tentang Gereja yang menunjukkan pergeseran dari paham yang sangat institusionalistis organisatoris kepada paham yang dinamis dan organis. Gereja dipahami sebagai Umat Allah, dan itu membuat cakrawala pemahaman akan esensi Gereja lebih luas dari batas yang kelihatan (Gereja Katolik Roma), sebab banyak juga unsur-unsur Gereja dilihat dan diakui berada di luar batas-batas itu (Lumen Gentium 8). Namun Gereja memandang diri terutama sebagai tanda dan sarana persatuan dan kesatuan, baik dengan Allah maupun dengan seluruh umat manusia (Lumen Gentium ). Hal ini nantinya mendorong semangat ekumenis dengan gereja-gereja lain, bahkan dialog dan kerjasama dengan agama-agama lain, juga dengan kaum ateis. Pusat Gereja bukan lagi Roma atau Paus, tetapi Kristus di tengah-tengah umat dan Uskup sebagai gembalanya. Maka Lumen Gentium menekankan teologi Gereja setempat (keuskupan). Ditekankan juga kesetaraan semua anggota umat Allah di dalam martabatnya, sekalipun berbeda fungsi. Maka Gereja semakin dipahami sebagai umat Allah secara keseluruhan kendati tetap mempertahankan fungsi hirarki sebagai pemersatu. Dalam dokumen pembahasan tentang awam justru didahulukan daripada pembahasan tentang para religius. Dengan demikian Gereja di mana saja lebih peka pada persoalan-persoalan di sekelilingnya dan dapat segera menyampaikan sumbang-saran pemecahan.



BAB                  I
MISTERI GEREJA

Yesus Kristus adalah terang bangsa-bangsa. Ia menjiwai Gereja-Nya, sehingga menjadi terang pewarta Injil keselamatan. Itulah Gereja sebagai sakramen, suatu tanda dalam mana orang bersatu dengan Allah dan sesama umat manusia dan suatu sarana yang mempersatukan orang dengan Allah dan dengan sesama umat manusia. Dalam Gereja seharusnyalah ada semangat kesatuan dan persatuan, yang membawa semua umat manusia bersatu dengan Yesus Kristus.
Bapa maha kuasa dan abadi. Rencana-Nya menyelamatkan segala ciptaan-Nya, terlebih-lebih manusia. Untuk itu orang harus mengikuti jejak Yesus Kristus dan dipersatukan dalam Gereja yang kudus, yang selanjutnya akan dipersatukan dengan Gereja Semesta di hadapan Bapa. Bapa mengutus Putera ke dalam sejarah umat manusia, menghadirkan Kerajaan Sorga di dunia. Melalui lambang air dan darah yang mengalir dari lambung Kristus tersebut, Gereja hidup dan berkembang (Yoh. 19: 34). Semua orang dipanggil ke arah persatuan dengan Kristus. Karena kita manusia berasal dari Dia, hidup dan berkembang karena Dia dan menuju kesempurnaan hidup menyerupai Dia.
Roh Kudus hadir lewat peristiwa Pentakosta; untuk selanjutnya menguduskan Gereja tak henti-hentinya. Ia mengantar Gereja ke kebenaran-kebenaran. Ia memberikan anugerah-anugerah hirarkis maupun karismatis kepada Gereja, sehingga seluruh Gereja nampak sebagai “umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus”.
Kedatangan Kerajaan Allah (KA) sudah berabad-abad dijanjikan dalam Alkitab (Mt.4: 17 / Mk.1:15). Kerajaan Allah hadir melalui hidup-sabda-karya Yesus Kristus. Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan Allah di dunia. Melalui Gereja yang dijiwaiNya, Roh Yesus Kristus mewartakan daya-daya penyelamatanNya. Sehingga Kerajaan Allah semakin berkembang bagaikan benih yang ditaburkan di ladang (Mk. 4: 14). Gereja digambarkan sebagai Kandang Domba, yang berpintu satu-satunya Yesus Kristus (Yoh.10: 1-10). Gereja juga bagaikan Kawanan Domba-domba yang dipimpin oleh gembala yang baik. Gereja digambarkan sebagai Ladang Allah (1.Kor.3: 9). Gereja juga seperti Kebun Anggur Terpilih (Mt.21: 33-43) dan Yesus Kristus pokok anggurnya  (Yoh.15: 5). Gereja bagaikan Bangunan Allah (1.Kor.3: 9), dibangun oleh para Rasul (1.Kor.3: 11): Rumah Allah, Tempat Tinggal Keluarga-Nya, Kediaman Allah dalam Roh, Kemah Allah di Tengah Manusia, Kenisah Kudus, Kota Suci, Yerusalem Baru. Gereja bagaikan Mempelai Anak Domba, yang selalu dikuduskan-Nya (Ef. 5: 25-26). Yesus Kristus secara gaib membentuk Gereja menjadi Tubuh-Nya. Melalui sakramen Baptis manusia dipersatukan dengan wafat dan kebangkitan-Nya menjadi ciptaan baru (Gal.6: 15 / Rom.6: 4-5). Dalam Tubuh Mistik Kristus, kita bersatu erat dengan Kristus dan dengan sesama anggota yang dibaptis. Dari aneka kharisma kepada anggota-anggota, rahmat para Rasul mendapat tempat istimewa (1.Kor.14).
            Kepala Tubuh adalah Kristus. Ia memenuhi seluruh Tubuh dengan kekayaan kemulianNya (Ef.1: 18-23). Setiap anggota dipanggil menyerupai Dia. Dia menjiwai seluruh Tubuh-Nya. Gereja seperti mempelai-Nya, dikembangkan menuju kepenuhan Allah (Ef.3: 19).
            Kristus telah membentuk Gereja-Nya di dunia ini sebagai persekutuan iman-harapan-kasih yang kelihatan. Gereja menjadi perpaduan unsur manusiawi dan ilahi: satu, kudus, katolik, apostolik. Dipimpin oleh Petrus dan para Uskup secara kolegialitas. Di luar serikat itu terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus, dan mendorong ke arah kesatuan Katolik. Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan, demikian Gereja dipanggil untuk menempuh jalan yang sama, supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia (Fil.2: 6-7; 2. Kor.8:9; Lk.4: 18; dst). Kristus yang kudus datang  untuk menyelamatkan pendosa-pendosa. Gereja itu kudus, sekaligus harus selalu dibersihkan secara terus menerus. Kekuatan ilahi Allah menopang Gereja dalam perutusannya itu ( memanggul salib menuju kebangkitan).


BAB II
UMAT ALLAH

             Allah membentuk Jemaat Allah (bangsa Israel) untuk mempersiapkan Perjanjian Baru yaitu kesatuan da persatuan Jemaat Kristus berkat tubuh dan darah-Nya. Gereja melampaui batas-batas bangsa dan dijiwai oleh Roh Yesus Kristus, sampai menjadi mempelai Surgawi Yesus Kristus.
    Umat Baru dijadikan imam-imam bagi Allah (Ibr.5: 1-5). Mereka mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci dan berkenan pada Allah (Rom. 12: 1). Imamat umum kaum beriman dan imamat jabatan, walaupun berbeda tingkat dan hakekat namun saling terarahkan. Keduanya ambil bagian dalam imamat Kristus. Imamat jabatan memimpin umat keimaman, menyelenggarakan Ekaristi atas nama Kristus dan mempersembahkannya kepada Allah atas nama segenap umat Allah. Imamat umat beriman ikut serta dalam persembahan Ekaristi. Imamat mereka laksanakan dalam menyambut sakramen-sakramen, dalam berdoa, dalam memberi kesaksian suci. Imamat umum diwujudkan dalam menerima sakramen-sakramen dan mengamalkan keutamaan-keutamaan: sakramen Baptis, Penguatan, Tobat, Imamat, Perkawinan, Ekaristi dan Perminyakan Suci. Semua orang beriman, dengan jalannya masing-masing, dipanggil oleh Allah menuju kesempurnaan (Mat. 5: 48).
Roh Kudus tidak hanya menyucikan dan membimbing umat Allah, tetapi juga menganugerahkan karisma-karisma seturut talenta masing-masing. Sehingga masing-masing anggota umat Allah semakin mampu berpartisipasi dalam perutusan Gereja-Nya dan pengembangan Gereja. Semua orang dipanggil ke umat Allah yang baru. Mereka dari pelbagai bangsa, budaya, status sosial. Gereja bhinneka tunggal ika, didalamnya terdapat keanekaragaman yang memperkaya dan membangun satu sama lain. Primat tahta Petrus tetap satu, yang bertanggung jawab untuk pelangsungan Gereja-gereja seturut inkulturasi masing-masing.
             Yesus Kristus adalah pengantara satu-satunya kepada Allah. Dialah jalan keselamatan. Ia hadir dalam Gereja (Tubuh-Nya). Orang yang tidak selamat tahu betul-betul bahwa Gereja Katolik itu berasal dari Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu untuk keselamatan, namun tetap tidak masuk ke dalamnya. Orang masuk secara fisik ke dalamnya, namun hatinya tidak masuk dan tidak berkembang dalam cinta kasih. Para calon baptis, sudah termasuk ke dalam perhatian kasih Bunda Kaum Beriman Kristiani.
             Gereja Katolik (Bunda Gereja) tak henti-hentinya berdoa, berharap dan berusaha supaya tanda Kristus lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja. Sehingga aneka Gereja non Katolik, yang juga menerima anugerah-anugerah dari Yesus Kristus, berkembang menyatu di bawah satu Gembala (St. Petrus).
            Mereka yang belum menerima Injil diarahkan kepada Umat Allah. Terutama bangsa Yahudi. Juga orang Muslim. Dan semua manusia yang diciptakan dan dipelihara oleh Allah (Kis.17: 25-28). Allah menghendaki supaya semua orang selamat (1.Tim.2: 4). “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal”. Kebaikan-kebaikan orang-orang itu sebagai persiapan untuk  menerima Injil dan juga sebagai anugerah Allah yang menerangi setiap manusia supaya akhirnya memperoleh kehidupan.
Seperti Yesus Kristus diutus oleh Bapa, demikian para Rasul diutus oleh Yesus Kristus (Mt.28: 19-20). Gereja menerima pengutusan mewartakan Injil Keselamatan dari para Rasul. Injil tersebut menguduskan penerimanya, yang diharapkan semakin sempurna dalam mengikuti jejak Yesus Kristus.

 
BAB III
SUSUNAN HIRARKIS GEREJA
 KHUSUSNYA EPISKOPAT

            Untuk menggembalakan dan selalu mengembangkan Umat Allah, Yesus Kristus mengadakan aneka pelayanan. Rasul Petrus, Ketua para Rasul, menjadi asas dan dasar kesatuan iman dan asas dan dasar persekutuan yang tetap dan kelihatan. Para Uskup adalah pengganti para Rasul.
Yesus Kristus memilih 12 Rasul, bagaikan Dewan Tetap yang diketuai Rasul Petrus. Mereka semua diutus untuk mewartakan Injil pada segala bangsa dan menggembalakan orang-orang yang percaya berkat pewartaan Injil mereka. Perutusan ilahi pewartaan Injil ke seluruh dunia itu berlangsung sampai akhir jaman dan dipercayakan kepada para Rasul (Mt.28: 20).  Para Rasul mengangkat pembantu dan pengganti mereka untuk melanjutkan pelayanan pada kawanan / Umat Allah. Pembantu-pembantunya: para Imam dan Diakon. Sebagai guru mereka mengajar. Sebagai Imam mereka memimpin ibadat. Sebagai pelayan mereka memberi bimbingan. Pengganti yang diangkat oleh Rasul disebut Uskup. Konsili mengajarkan: atas penetapan ilahi para Uskup menggantikan para Rasul sebagai gembala Gereja.
Kehadiran Uskup ditengah umat Allah adalah kehadiran Tuhan Yesus Kristus, Imam Agung Tertinggi. Karena tugas istimewa tersebut para Rasul menerima pencurahan istimewa Roh Kudus. Dalam pentahbisan Uskup, Uskup menerima kepenuhan sakramen Imamat atau Imamat Tertinggi. Uskup sebagai Guru, Gembala, Imam Agung atas nama Kristus. Pelaksanaan tugas Uskup harus dalam persekutuan hirarkis dengan Kepala dan para anggota Dewan para Uskup.
Santo Petrus dan para Rasul lainnya atas penetapan Tuhan merupakan Dewan Para Rasul. Para Uskup seluruh dunia saling berhubungan dan juga berhubungan dengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai. Itulah corak kolegialitasnya. Imam Agung di Roma bertugas sebagai Wakil Kristus dan Gembala Gereja Semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas. Persatuan kolegial tampak dalam hubungan timbal-balik antara masing-masing Uskup dengan Gereja Semesta (Sri Paus). Imam Agung Roma (Sri Paus) menjadi asas dan dasar kesatuan Gereja Semesta. Sedang Uskup menjadi asas dan dasar kesatuan Gereja Lokal. Uskup, yang mengepalai Gereja Lokal, menjalankan kepemimpinan patoralnya hanya terhadap umat Allah yang dipercayakan kepadanya saja. Tetapi sebagai anggota / bagian dari Dewan Para Uskup, Uskup Lokal wajib menaruh perhatian pastoral terhadap Gereja Semesta (Tubuh Mistik Kristus). Hendaknya para Uskup dalam persekutuan Gereja Semesta sukarela membantu Gereja-gereja lokal, baik bantuan materiil maupun non-materiil, khususnya yang menderita.
Para Uskup, selaku pengganti para Rasul, menerima tugas perutusan dari Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia (Mt.28, 18-20). Untuk itu mereka secara khusus dianugerahi Roh Kudus (Kis.1:8; 2: 1; 9: 15). Uskup dapat masuk ke dalam Persekutuan Gembala Semesta kalau disetujui oleh Sri Paus sendiri.
Di antara tugas-tugas utama para Uskup pewartaan Injillah yang terpenting. Umat menaati pewartaan Injili Uskupnya. Uskup, sejauh dalam kesatuan dengan Dewan Para Gembala (Uskup) yang diketuai oleh Sri Paus, dalam mengajarkan iman dan kesusilaan tidak dapat sesat. Demikian Sri Paus tidak dapat sesat dalam ajaran iman dan kesusilaan Injili, sejauh dalam persatuan penuh dengan Dewan Para Gembala (Uskup). Uskup mempunyai kepenuhan sakramen Imamat, maka ia menjadi pengurus rahmat imamat tertinggi. Melalui sakramen-sakramen maupun non sakramen, Uskup menguduskan Umat Allahnya, demi keselamatan mereka. Karena proses pengudusan Allah atas manusia itu berlangsung terus menerus, maka wajar bahwa diperlukan aneka tata tertib dalam kehidupan Umat Allah. Dalam diri Uskup suburlah keutamaan-keutamaan suci, baik dalam kata maupun dalam perbuatan. Itu sangat penting untuk pelayanan pengudusan atas Umat Allahnya.
Uskup membimbing, menggembalakan Umat Allahnya, yang dipercayakan kepadanya, sebagai Wakil Kristus. Ia bukan wakil Imam Agung Roma (Sri Paus), karena Uskup mengemban kuasanya sendiri, dan dalam arti yang sesungguhnya disebut pembesar umat yang dibimbingnya. Ada aneka cara dalam penggembalaannya, antara lain: pelayanan sakramental, petunjuk-petunjuk, nasehat-nasehat, keteladanan-keteladanan, dan sebagainya. Kekuasaannya untuk membangun dan menguduskan umat Allah. Penggunaannya diatur oleh kewibawaan tertinggi Gereja dan dapat dikenai batasan-batasan tertentu. Uskup hendaknya mengikuti jejak Gembala yang baik Yesus Kristus: selalu sedia mendengarkan bawahannya, pandai membakar semangat kerasulan dan sebagainya.
Kristus melalui para Rasul-Nya mengikutsertakan para pengganti mereka yakni Uskup-uskup, dalam kekudusan dan perutusan-Nya. Selanjutnya para Uskup mengangkat dalam pengudusan dan perutusan Kristus: Imam dan Diakon. Hakikat imamat Imam sama dengan Uskup, namun imamat Imam bukan puncak imamat (bukan Imamat Tertinggi). Sedang imamat Uskup adalah imamat puncak (imamat tertinggi). Imam ditahbiskan menjadi Imam menurut citra Kristus Sang Imam Agung. Maka Imam berpartisipasi dalam pewartaan Injil, penggembalaan Umat Allah, melayani peribadatan-peribadatan suci. Uskup memandang Imam-imam sebagai rekan kerja, sebagai puteranya, sebagai sahabat (Yoh. 15:15).
Hubungan antar Imam, baik diosesan maupun religius, hendaknya penuh persahabatan dan murah hati untuk saling tolong menolong, baik secara rohani maupun secara manusiawi, secara pribadi maupun secara pastoral. Diharapkan Imam penuh keutamaan suci, antara lain: bersemangat melayani, menghayati banyak keutamaan-keutamaan suci, menjadi saksi-saksi kebenaran, berhubungan baik dengan Umat Allah yang dipimpinnya, maupun dengan masyarakat non-Katolik. Hendaknya para Imam menyingkirkan apa saja yang menimbulkan perpecahan. Sehingga mampu membawa semua orang menjadi satu keluarga Allah.
Pada tingkat hirarki yang lebih rendah terdapat para Diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan. Gambaran tugasnya antara lain:
1. Menerima Baptis secara meriah.
2. Menyimpan dan membagikan Ekaristi.
3. Atas nama Gereja menjadi saksi perkawinan dan memberkatinya.
4. Mengantar komuni suci kepada kaum beriman yang mendekati ajalnya.
5. Membacakan Kitab Suci.
6. Mengajar dan menasehati umat.
7. Memimpin Ibadat dan doa-doa kaum beriman.
8. Menerimakan sakramen-sakramen.
9. Memimpin upacara jenasah atau pemakaman.
Konferensi Uskup setempat dapat menentukan tugas-tugas Diakon lokal, namun harus dengan persetujuan Imam Agung Roma (Sri Paus). Bisa saja terjadi Imam Agung Roma menyetujui pentahbisan Diakon, misalnya: pria yang sudah lebih masak usianya atau pemuda yang cakap seperti harus selibat dan sebagainya.





BAB IV
PARA AWAM

Yang dimaksudkan dengan awam Katolik adalah Umat Allah, yaitu Awam, Biarawan-biarawati, Rohaniwan yang tidak menerima sakramen Imamat. Masing-masing anggota dalam Tubuh Gereja, yang dikepalai oleh Kristus, berfungsi mensejahterakan seluruh Tubuh Gereja. Istilah Awam berarti semua orang beriman kristiani, kecuali golongan Imam atau Religius yang menerima tahbisan Imamat. Mereka adalah anggota-anggota Tubuh Kristus, berkat Baptis, yang dengan caranya sendiri ikut ambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, baik dalam Gereja maupun dalam dunia. Ciri istimewa kaum Awam adalah sifat keduniaannya. Mereka terlibat erat dengan urusan-urusan keduniaan sehari-hari: masalah sosial, ekonomi, politik, senibudaya, hukum, iptek dan keamanan, dst. Mereka terpanggil untuk memancarkan nilai-nilai Injili, ke dalam hidup kemasyarakatan / keduniaan, bagaikan ragi yang meresapi adonan tepung, seturut kemampuan masing-masing dan seturut kehendak Kristus. Untuk itu kaum Awam wajib mencari dan menemukan Kerajaan Allah.
Penetapan ilahi menegaskan: Gereja itu seperti tubuh dengan banyak anggota, dan tidak semua anggota mempunyai tugas yang sama (Rom.12: 4-5). Roh yang satu dan sama memberikan martabat yang sama pada orang yang dibaptis. Semuanya sama-sama dipanggil ke kesucian sempurna. Baik yang ditahbiskan imamat, maupun yang tidak ditahbiskan imamat (awam) sama-sama saling membutuhkan dalam penghayatan panggilan membangun Tubuh Kristus (Gereja). Para awam bersaudarakan Kristus, maka juga berarti bersaudarakan mereka yang diangkat menjadi gembala-gembala Umat Allah melalui tahbisan suci imamat. Santo Agustinus berkata:” bagi kamu saya ini Uskup, bersama kamu saya orang kristiani”.
Gereja yang dikepalai Roh Yesus Kristus selalu dikembangkan dan dikuduskan terus-menerus. Semua awam dipanggil untuk menyumbangkan segenap tenaga mereka masing-masing untuk proses yang dikerjakan oleh Roh Yesus tersebut. Kerasulan awam, berdasar baptis dan penguatan, adalah keikutsertaan dalam perutusan Gereja dalam menguduskan dunia. Khususnya di tempat-tempat atau keadaan-keadaan, di mana Gereja terkendala untuk hadir menggarami dunia. Ada kaum Awam yang terpanggil untuk bekerjasama secara lebih langsung dengan kerasulan Hirarki (Filp. 4:3; Rom. 16:3).
Semua yang disatukan erat dengan Kristus, melalui Baptis, Penguatan dan Ekaristi, dipanggil untuk bersama Dia memancarkan segala kebaikan yang menguduskan sesama. Segala kebaikan yang dihayati Awam sehari-hari hendaknya dihayati dalam Roh sebagai korban rohani, yang dipersembahkan kepada Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (1.Ptr.2: 5). Itulah yang dipersembahkan kepada Allah bersama Kristus dalam Ekaristi.
Kristus Nabi Agung memaklumkan kehadiran Kerajaan Allah dalam kata dan perbuatan-perbuatan suci-Nya. Ia menghendaki Hirarki dan Awam melanjutkan penghadiran Kerajaan Allah tersebut, dengan pertobatan terus menerus, dengan kata dan perbuatan yang diinspirasi oleh Roh-Nya. Sehingga hidup dan karya Awam menunjukkan kedosaan-kedosaan dunia dan kekuatan harapan akan janji pemuliaan oleh Allah.
Kristus, yang taat sampai mati dan karena itu dimuliakan oleh Bapa (Filp.2: 8-9), telah memasuki kemuliaan kerajaan-Nya. Walaupun demikian, Ia terus mengurus kelangsungan Kerajaan Allah, yang telah dihadirkan dan dilanjutkan oleh para Rasul-Nya. Corak kerajaan tersebut: kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat, kerajaan keadilan-cinta kasih-kedamaian. Baik Hirarki maupun Awam dipanggil-Nya untuk mengefektifkan dan mendayagunakan Kerajaan tersebut. Daya-daya ilahi Raja Kristus hendaknya meresapi Awam, sehingga masyarakat semakin menikmati keadilan-cinta kasih-kedam aian, berkat perjuangan para Awam kristiani melalui profesi masing-masing. Secara kongkrit: Awam harus berjuang untuk menyehatkan lembaga-lembaga pemerintahan rakyat, menyucikan dunia sosial-ekonomi-politik-hukum-seni budaya-iptek-keamanan, dsm.
        Memang Awam perlu tahu dan menghayati perbedaan hak-hak sebagai warga gereja dan hak-hak sebagai warga masyarakat. Dan hendaknya menemukan cara yang benar untuk menghayati kedua hak tersebut dalam terang Roh.
Hubungan antara kaum awam dan hirarki dapat dilihat sebagai berikut:
1.      Kaum Awam berhak menerima secara melimpah, dari Hirarki, khususnya bantuan sabda-sabda Allah dan sakramen-sakramen.
2.      Hendaknya awam mengalami kebebasan dan suasana terpercaya untuk menyampaikan usulan dan kritikan kepada hirarki demi pembangunan Gereja.
3.      Kaum awam menyampaikan pendapat-pendapatnya harus disampaikan secara sopan, penuh hormat, tegas, bijaksana, cinta kasih karena hirarki bertindak atas nama Kristus.
4.      Awam hendaknya meneladani ketaatan Kristus dalam menaati pengarahan-pengarahan hirarki.
5.      Kaum awam hendaknya mendoakan kaum hirarki.
6.      Hirarki hendaknya mengakui dan memajukan martabat dan tanggungjawab awam dalam Gereja.
7.       Hirarki hendaknya menyerahkan tugas-tugas pengabdian kepada Gereja kepada Awam dengan penuh kepercayaan dan dengan diberi kebebasan bertindak.
8.      Hirarki hendaknya memberi hati, pujian selayaknya demi kelangsungan semangat pengabdiannya.
9.      Hirarki hendaknya dengan kasih kebapaan penuh perhatian terhadap prakarsa, usulan, kritikan dari awam.
10.  Hendaknya hirarki dan awam terus memlihara jiwa persaudaran supaya menghasilkan banyak buah kerasulan karena keputusan yang diberikan tepat dan benar.
 Awam hendaknya menjadi saksi Yesus Kristus dan tanda kehadiran Allah dalam dunia, yang menguduskan masyarakat dunia.


BAB V
PANGGILAN UMUM UNTUK
KESUCIAN DALAM GEREJA

Kita mengimani bahwa Gereja tidak dapat kehilangan kesuciannya, karena Kristus menjiwainya dan selalu menguduskannya sebagai mempelai-Nya atau Tubuh-Nya (Ef.5: 25-26). Ia melimpahinya dengan anugerah-anugerah Roh Kudus. Semua anggota Gereja secara terus menerus berjuang meningkatkan kesucian hidup, baik terungkap dalam kata maupun dalam perbuatan-perbuatan nyata. Yesus Kristus adalah Guru dan Teladan segala kesempurnaan. Kepada yang percaya kepada-Nya dianugerahi rahmat-rahmat pengudusan Roh Kudus, sehingga mereka menyempurna (Mt.5: 48), mencintai Allah dan mencintai sesama manusia (Mk.12: 30 / Yoh. 13: 34 / Kol.3: 12). Namun mereka menyadari kelemahan dirinya, sehingga mereka melakukan pertobatan terus menerus (Gal.5: 22 / Yak.3:2 / Mt.6: 12). Kesucian yang dihayati tampak dalam cara-cara hidup yang lebih manusiawi.
Manusia beraneka status sosial, beraneka profesi. Roh Kudus selalu menyerukan kesucian kepada setiap orang. Para Gembala (Uskup) hendaknya suci dalam segala kata dan perbuatannya, karena berpanggilan khusus dalam mengikuti jejak Yesus Kristus (Imam Agung Gembala yang baik): Imam, Nabi dan Raja.
Para Imam hendaknya juga berkembang dalam kesucian, karena Imamat mereka mengikuti jejak Yesus Kristus Sang Imam Agung Abadi. Khususnya Imam Diosesan, hendaknya membangun kesucian terlebih-lebih saat-saat menghadapi kesulitan, kesibukan dan bahaya-bahaya dalam kerasulan. Kesucian hendaknya juga dibangun melalui semangat kerjasama dengan Uskup dan ketaatan kepada Uskupnya. Para Diakon Imam dan para Awam juga hendaknya mengembangkan diri dalam kesucian seturut profesi masing-masing. Keluarga-keluarga kristiani juga hendaknya menyucikan diri melalui aneka hidup dan kegiatan keluarga untuk menyucikan aneka lingkungan hidup dan kerjanya. Demikian pula para janda atau duda dan Awam selibat hendaknya meningkatkan kesucian hidup terus menerus, demi keselamatan jiwa-jiwa (manusia seutuh rohani-jasmaninya). Penyucian melalui penderitaan, penganiayaan, penindasan, dsm dapat ditempuh dengan meneladan aneka kesengsaraan Yesus Kristus (1Ptr. 5:10).
 “Allah itu kasih, dan barangsiapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allah dan Allah dalam dia” (1.Yoh.4: 16). Kasih adalah ketaatan pada kehendak-kehendak Allah. Jalan kesucian hendaknya ditempuh dengan anugerah cinta kasih, yang memampukan orang mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demi Dia. Supaya cinta kasih tersebut bertumbuh, orang perlu mencintai sabda-sabda Allah dan merenunginya dengan gembira. Juga cinta kasih ditumbuhkembangkan melalui penerimaan sakramen-sakramen dan aneka peribadatan rohani yang dihayati secara sungguh-sungguh. Bisa terjadi ada yang dipanggil Allah untuk menerima anugerah tertinggi cinta kasih yang berwujud “menjadi martir meneladan wafat Yesus Kristus”. Semua orang Kristiani perlu siap untuk anugerah istimewa tersebut demi keselamatan dunia. Kesucian Gereja juga dibangun melalui kesucian kaum religius dengan 3 kau sucinya.


BAB VI
PARA RELIGIUS


         Tiga nasihat Injil: kemurnian, kemiskinan, ketaatan. Pimpinan Gereja, dibawah bimbingan Roh Kudus, telah menegaskan arti-arti Tiga Nasehat Injil tersebut; demikian juga batasan-batasannya. Kesejahteraan Gereja juga disumbang oleh Komunitas-komunitas Religius. Dengan kaul-kaul atau ikatan-ikatan suci semacam kaul lainnya, orang kristiani mewajibkan diri untuk hidup menurut tiga nasehat Injil tersebut. Diharapkan kaum Religius lebih berkembang intim menyerupai Yesus Kristus. Dan lebih lanjut diharapkan mereka meneladan Yesus Kristus yang cintanya kepada Gereja mempelai-Nya bersifat tetap tak terputus. Sehingga hidup rohani dan karyanya dibaktikan untuk penyejahteraan seluruh Gereja. Oleh karena itu Gereja melindungi dan memajukan corak khas pelbagai Tarekat Religius. Kesaksian hidup yang dibawakan kaum Religius adalah nilai-nilai sorgawi (eskatologis). Sehingga hidup mereka di dunia ini sangat meneladan Yesus Kristus yang bersatu intim dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Meskipun status hidup Religius tidak termasuk susunan hirarkis Gereja, namun tidak dapat diceraikan dari kehidupan dan kesucian Gereja.
Tugas Hirarki Gereja adalah menggembalakan Umat Allah dan membimbingnya ke ladang yang berumput lebat (Yeh.34: 14). Tarekat-tarekat didampingi dengan pengawasan dan perlindungan kewibawaannya, supaya berbuah subur seturut semangat para pendirinya. Imam Agung Roma (Kepausan) berhak menarik Tarekat-tarekat tertentu dari kekuasaan Uskup ke kekuasaannya sendiri, demi kepentingan penyejahteraan seluruh Gereja Semesta. Semua Tarekat harus bersikap hormat dan taat, menurut hukum Gereja, kepada para Uskup, demi kewibawaan pastoral para Uskup dan demi kesatuan dan kerukunan dalam karya kerasulan. Pengesahan Tarekat oleh Gereja dilakukan seturut hukum Gereja dan dalam upacara liturgi.
        Hendaknya kaum Religius berusaha sungguh-sungguh supaya Kristus yang hadir dalam Gereja-Nya semakin tampak baik bagi kaum beriman maupun tak beriman. Hendaknya semua orang menginsafi, bahwa penempuhan hidup Religius tidak menghambat perkembangan kepribadian kaum Religius, malah sebaliknya. Hal itu bisa dilihat pada pribadi-pribadi pendiri Ordo atau Kongregasi yang kudus. Hendaknya kaum Religius sungguh-sungguh berusaha supaya semakin maju dalam penghayatan panggilan yang diterimanya dari Allah, demi semakin suburnya kesucian Gereja dan pemuliaan Allah Trinitas Maha Kudus.
 


BAB VII
SIFAT ESKATOLOGIS GEREJA MUSAFIR
DAN PERSATUANNYA DENGAN GEREJA DI SURGA


        Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja. Di situ kita dikuduskan oleh karya Roh Kudus, diberikan kekuatan untuk mengalahkan godaan-godaan setan. Kita lemah, selalu diperkuatkan lagi dan terus menerus oleh Roh Kudus (Roh Yesus Kristus). Kalau kita bertekun setia sebagai anak-anak Allah, akhirnya kita akan mengalami pengadilan Allah apakah masuk sorga atau neraka. Kalau masuk sorga maka kita mengalami keserupaan dengan Kristus Mulia, sehingga mampu melihat Allah sebagaimana adaNya.
Pada saat kedatangan Yesus Kristus bersama seluruh malaikat-Nya (Pengadilan Akhir atau Akhir Zaman), tampak para murid-Nya yang masih hidup di dunia, tampak para murid-Nya yang masih dalam proses penyucian dan tampak pula para muridNya yang telah mulia di sorga. Karena semua murid Kristus menghayati semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama, dan semuanya bersatu erat dengan Kristus. Maka hubungan antara murid-Nya di dunia tidak terputus dengan para murid yang telah mulia di sorga. Yang di sorga membantu dengan kekuatan-kekuatan sorgawi kepada para murid yang masih ada di dunia.
        Tubuh Mistik Kristus adalah semua orang yang telah dipersatukan dengan Kristus melalui sakramen Baptis. Maka isinya baik orang Kristiani yang masih di dunia, maupun orang Kristiani yang telah mulia di sorga. Maka ada hubungan erat sekali. Maka orang Kristiani yang masih di dunia memersembahkan korban-korban silih bagi orang Kristiani yang sudah meninggal dan mungkin masih di tempat penyucian. Dalam Kristus kita bersaudara dekat dengan para Kudus, Bunda Maria, para Malaikat, para Rasul, para Martir. Dengan pengantaraan mereka, kita memohon rahmat-rahmat Kristus untuk penyucian hidup kita. Terutama dalam Liturgi Suci persatuan kita dengan Gereja di sorga diwujudnyatakan.  Kita semua anak-anak Allah dan merupakan satu keluarga dalam Kristus (Ibr.3: 6). Liturgi kita sekarang ini sudah mulai ikut menikmati Liturgi dalam kemuliaan yang sempurna.



BAB VIII
SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH
MISTERI KRISTUS DAN GEREJA


         Allah Putera diutus ke dunia dengan menjadi manusia berkat Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria. Kita dalam persatuan dengan Kristus dan para Kudus wajib mengenang Maria, yang tetap perawan, menjadi Bunda Allah serta Tuhan kita Yesus Kristus. Perawan Maria, berkat rahmat istimewa, menjadi Bunda Yesus Kristus dan Bunda kaum beriman
Kepada Yesus Kristus (Gereja). Konsili bermaksud menjelaskan peran Bunda Maria dalam misteri Yesus Kristus dan kewajiban mereka yang telah menjadi milik Kristus terhadap Bunda Maria.  Peran Maria dalam tata keselamatan.
 Kitab-kitab Perjanjian Lama secara profetis (kenabian) menunjukkan akan lahirnya Allah Putera menjadi manusia Yesus Kristus (Imanuel) melalui Perawan Maria berkat karya Roh Kudus (Kej. 3:15; Yes. 7:14; Mikh. 5:2-3).
        Maria dipercayai suci penuh-penuh tanpa dosa, karena menjadi pengantara lahirnya Sang Sabda (Yesus Kristus) menjadi manusia, Penebus dosa umat manusia (Lk.1: 28). Persatuan Bunda Maria dengan Puteranya dalam karya keselamatan terungkap sejak saat Kristus dikandung hingga wafat-Nya (Lk.1: 41-45 / 2: 34-35 / 21: 41-51). Bunda Perawan Maria menyertai Putranya dalam proses mewartakan Injili Keselamatan kepada semua orang. Termasuk menyertai kesengsaraan dan wafat-Nya (Yoh.2: 1-11 ;Mk.3:35; Yoh.19:25; 19:26-27).
Bunda Maria ikut serta kegiatan berdoa para Rasul setelah Yesus Kristus wafat dan naik ke surga. Kita percaya bahwa jiwa dan badan Bunda Maria telah diangkat ke dalam kemuliaan surgawi. Santa Perawan Maria dan Gereja. Pengantara  kita kepada Bapa hanya satu yaitu Yesus Kristus (1.Tim.2: 5). Pengaruh pengantaraan Bunda Maria tidak mengurangi kepengantaraan Yesus Kristus untuk keselamatan kita. Santa Perawan Maria sejak kekal telah ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah yang istimewa dan sebagai hamba yang rendah hati. Ia berpartisipasi secara istimewa dalam karya penebusan dosa umat manusia Yesus Kristus.
Perawan Maria kita imani sebagai Pembela, Pembantu, Penolong dan Perantara. Karena ia sebagai Ibu Yesus Kristus sangat mencintai kita, memperolehkan anugerah-anugerah ilahi bagi keselamatan kita sebagai putera-puteri-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma (Yesus Kristus).
        Santa Perawan Maria berhubungan erat dengan Gereja (Umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus), karena aneka karunia ilahi dan peran keibuannya yang ilahi. St. Ambrosius mengajarkan, bahwa Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Gereja juga sebagai Ibu, yang melahirkan anak-anak Allah dalam Kristus. Gereja juga sebagai Perawan, karena dengan penuh kemurnian mempertahankan keutuhan iman, keutuhan harapan dan keutuhan cinta kasih.
        Gereja, yang dijiwai oleh Yesus Kristus, terus menerus berjuang menguduskan diri ke arah tanpa cacat (Ef.5: 27). Dalam proses pengudusan diri tersebut, Gereja meneladan iman sentausa Maria dan Gereja meneladan penyerupaan Maria dengan Yesus Kristus puteranya (aneka segi keutamaan suci).
Kebaktian kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja. Terutama sejak Konsili di Efesus, kebaktian Umat Allah kepada Bunda Maria meningkat secara mengagumkan. Berkat rahmat Allah, Maria ditempatkan di bawah Puteranya dan di atas malaikat dan manusia, sebagai “Bunda Allah”. Karena keibuan ilahi itulah Umat Allah banyak berbakti kepada Maria untuk memohon perlindungannya. Dan kebaktian kepada Maria itu berarti juga mencintai Puteranya (Yesus Kristus), yang perintah-perintahNya harus dilaksanakan. Konsili mendorong Umat Allah untuk dengan rela hati mendukung kebaktian kepada Perawan Maria. Para Teolog supaya mengkritisi praktek-praktek kebaktian yang palsu, dsm. Umat Allah hendaknya mempertahankan apa yang di masa lampau telah ditetapkan, seperti patung Yesus Kristus, patung Perawan Maria dan patung para Kudus. Sudah barang tentu kita harus meneladan keutamaan-keutamaan suci Santa Perawan Maria. Maria, tanda harapan yang pasti dan penghiburan bagi Umat Allah yang mengembara di dunia.
Badan dan jiwa Perawan Maria telah mulia di sorga. Untuk membawa Gereja semakin  menyerupai Yesus Kristus, ia selalu membantunya. Adalah suatu kegembiraan bagi Konsili, bahwa ada Gereja-gereja yang non-Katolik, namun menghormati Perawan Maria, yaitu Gereja-gereja Timur. Doa-doa perlu disampaikan kepadanya, sebagai Ibu Allah dan Bunda Umat Manusia, supaya memperoleh rahmat-rahmat penyelamatan, kedamaian, kerukunan.

Catatan Kritis:
Gereja adalah topik pemersatu semua dokumen Vatikan II, namun topik utama LG adalah Kristus, sebab segala peran Gereja diperoleh dari relasinya dengan Kristus. Gereja, seperti Kristus, adalah sakramen (tanda) persatuan dengan Tuhan dan dengan semua manusia. Banyak hal bisa dikritisi dalam dokumen ini namun bagi saya satu hal yang sampai saat ini masih terus diutamakan dalam diri Gereja dan juga para petugas Gereja yaitu kekudusan. Perhatian Gereja soal kekudusan ini dapat juga kita lihat dalam Pastores Dabo Vobis bab tiga. 
 Kita mengimani bahwa Gereja tidak dapat kehilangan kesuciannya, karena Kristus menjiwainya dan selalu menguduskannya sebagai mempelai-Nya atau Tubuh-Nya (Ef.5: 25-26). Ia melimpahinya dengan anugerah-anugerah Roh Kudus. Semua anggota Gereja secara terus menerus berjuang meningkatkan kesucian hidup, baik dalam kata maupun dalam perbuatan-perbuatan nyata. Para imam dan keluarga-keluarga harus menjaga kesucian diri mereka dalam tugas mereka masing-masing dan menjadikan Kristus sebagai puncak kesempurnaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar